Dalam
hidupnya, setiap manusia pasti memiliki sisi kebaikan dan keburukan. Hal tersebut
bagaiakan dua sisi mata uang yang berkebalikan namun tetap dalam satu kerangka.
Berbagai penyakit hati seperti kesombongan, iri, sifat pemarah, egois, dan lain
sebagainya wajar adanya dimiliki oleh seorang manusia biasa. Kecuali pada diri
Rasulullah Muhammad SAW yang senantiasa dijaga oleh Allah SWT dari
perbuatan-perbuatan yang menimbulkan dosa. Namun, pada manusia biasa seprti
kita, keburukan yang berpotensi menambah pundi-pundi amal buruk atau dosa
rentan terjadi. Oleh karenanya kita harus senantiasa berhati-hati dalam menjaga
hati, ucapan, dan tindakan. Senantiasa mengupgrade tingkat keimanan,
keikhlasan, dan wawasan keagamaan akan mendukung upaya pemeliharaan hati,ucapan,
dan tindakan kita masing-masing. Karena hidayah Allah hanya akan turun kepada
orang yang dikehendaki Nya. Selalu berusaha menjadi yang terbaik dengan sekeras
mungkin melawan hawa nafsu adalah baik adanya. Bila tidak mampu untuk istiqomah
dalam memerangi hawa nafsu maka dianjurkan untuk berpuasa atau beristighfar. Karena
hanya dengan mengingat Allah dan memohon ampunan dari Allah lah hati akan
menjadi tenang.
Yang mampu
mengendalikan diri kita adalah diri sendiri. Ekstropeksi dan faktor lingkungan
sedikit pengaruhnya bila dibandingkan dengan kebulatan tekad si empunya jiwa
untuk mengazzamkan diri dalam rangka berhijrah kepada kebaikan bila melakukan
suatu keburukan.
No comments:
Post a Comment