Kemampuan berpikir khusunya matematis
siswa tingkat SD, SMP, dan SMA berbeda dengan kemampuan berpikir matematis
seorang mahasiswa perguruan tinggi. Pada seorang siswa, mereka sedang dalam
tahap merangkak ke atas. Sedangkan pada mahasiswa, mereka telah berada di atas.
Sehingga, bila hakikat matematika dan pembelajaran matematika yang dipergunakan
adalah sama, maka hal tersebut sejatinya tidak dapat disamakan. Karena
jenjangnya saja berbeda. Oleh karena adanya perbedaan pola pikir, maka
muncullah tahapan tahapan pendidikan yang berjenjang-jenjang. Ketika seorang
guru yang merupakan sarjana lulusan ilmu matematika mengajar siswa-siswa
sekolah, khususnya sekolah dasar langsung menggunakan ilmu murni yang mereka
dapatkan ketika berada di perguruan tinggi, maka di sinilah yang menjadi sumber
masalah pendidikan khusunya pendidikan matematika untuk siswa sekolah.
No comments:
Post a Comment