Tuesday, February 26, 2013

Refleksi Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 10: Architectonic Mathematics (2)

ARCHITECTS




Seorang arsitek akan mampu mengerti dan begitu memahami akan seluk-beluk bangunan yang telah dibangunnya. Meskipun dia bukanlah yang memasang genting, bukan pendiri beton terkokohnya, dan bukan pula yang mendirikan tiang-tiang penyangga, namun dia lebih dari sekedar itu. Arsitek ialah sumber inspirator bagaimana sebuah bangunan dapat didirikan. Bila dianalogikan dengan kemampuan berpikir matematis atau pun kemampuan matematika pada seseorang (siswa), maka sumber inspirator kemampuan itu adalah siswa itu sendiri. Siswa adalah arsitek matematika bagi dirinya sendiri. Dia akan menjadi penggerak seluruh kekuatan berpikir, bernalar, berlogika, kepahaman, dan kemampuan matematis lainnya bagi dirinya. Kemampan olah pikir matematika tidak dapat dipaksakan dapat dilakukan atau dimiliki oleh seorang siswa. meskipun itu dilakukan oleh gurunya atau pun orang tuanya sekalipun. Ketika belum ada kekuatan Architectonic Mathematics paksaan kemamapuan terhadap matematika itu adalah sia-sia saja.

Immanuel Kant berpendapat bahwasanya agar dapat menjadi ilmu maka matematika harus bersifat “sintetik apriori”. Memadukan dua asumsi dasar tentang bagaimana siswa bisa memperoleh pemahaman dan mampu membangun konsep matematika, yaitu membangunnya melalui logika atau penalarannya dan melalui pengamatan terhadap fenomena matematika. dalam hal ini maka guru harus mampu menjalankan peranannya sebagai fasilitator tumbuh kembangnya kemampuan dan olah pikir kecerdasan matematika siswa melalui pembelajaran yang mampu menumbuhkan implementasi sifat pembelajaran dua asumsi dasar tersebut. Guru juga harus mampu menyelenggarakan pembelajaran dengan tidak mengesampingkan nilai-nilai hakikat siswa belajara matematika. banayk belajar, banyak membaca, banyak bereksplorasi berbagai sumber dan narasumber adalah sangat penting dan merupakan kebutuhan krusial bagi seorang guru.

Oleh karena itu, artikel mengenai Architectonic Mathematics ini sangat bermanfaat bagi kita sebagai calon guru untuk dapat dijadikan sebagai landasan bagaimana kita ketika nantinya akan mengembangkan inovasi pembelajaran yang berorientasi pada siswa.

Refleksi Metodologi Pendidikan



 Identifikasi Masalah


Berbagai identifikasi masalah dalam kaitannya dengan pembelajaran matematika di dalam kelas adalah sangat penting untuk diketahui seorang guru maupun calon guru beserta seluruh pihak yang berkaitan dengan dunia pembelajaran matematika. Agar tujuan kurikuler pembelajaran matematika dapat dicapai secara optimal maka kita harus mengetahui dan memahami segala seluk-beluk permasalahan yang menyangkut komponen-komponen pembelajaran matematika (RPP, media, metode, sumber belajar, siswa, guru). Yang semua itu memerlukan inovasi pembelajaran sehingga mampu menyelasaikan berbagai masalah. Seperti pemilihan kebijakan pengelolaan kelas yang mampu menciptakan iklim pembelajaran yang menumbuhkan semangat belajar siswa, mampu merangkul kesenjangan pemikiran dan kecerdasan siswa dalam satu kelas, pembelajaran matematika yang kontekstual dan dapat diselaraskan dengan dunia anak-anak, menumbuhkan rasa gemar belajar matematika pada anak didik, dan lain sebagainya. Untuk mencapai itu semua maka dibutuhkan identifikasi dan analisis masalah, penelitian terhadap berbagai masalah, banyak referensi, banyak belajar, dan banyak membaca. Di dalam situs web Bapak Marsigit ini telah disediakan berbagai layanan pengetahuan yang khususnya tertuju pada bidang pembelajaran matematika.

Inovasi pembelajaran memang tidak mudah untuk dilakukan. Karena ketika kita mampu menyelesaikan satu permasalahan maka pasti akan timbul permasalahan yang lain. Misalnya, adalah ketika muncul suatu rumusan masalah bagaimana mengubah orientasi pembelajaran tertuju pada siswa, maka akan turut muncul pertanyaan bagaimana cara mengembangkan skema dan struktur pembelajaran matematika. Selain itu, ketika kita mengidentifikasi permasalahan bagaimana cara membawa dunia matematika ke dunia anak, maka akan muncul juga permasalahan bagaimana cara skema pemelajaran pada anak usia dini. Oleh karena itu, diperlukan berbagai upaya untuk berinovasi dan berimprovisasi terhadap sistem pembelajaran yang sudah ada.

Sunday, February 24, 2013

Refleksi Elegi Wawancara Dengan Dr Marsigit MA



Interview with Dr. Marsigit, MA via Whohub'Reflection Part II






Refleksi ini adalah refleksi lanjutan terhadap apa yang pernah saya buat terhadap interview via whohub (http://powermathematics.blogspot.com/2013/02/interview-with-dr-marsigit-ma-marsigit.html).  Sekali lagi saya menyatakan bahwa saya sangat terkesan terhadap prinsip dan berbagai reaksi Bapak Marsigit atas pertanyaan-pertanyaan dalam interview tersbut di atas. Sebagai seorang pendidik maka budaya komunikasi sangat penting untuk ditumbuhkan. Kerja sama dengan berbagai pihak sangat mungkin dilakukan karena kita bekerja dalam suatu sistem yang menuntut adanya interaksi dari berbagai pihak yang juga merupakan bagian dari sistem tersebut. Ketika diberikan pertanyaan tentang apa kriteria orang yang dengan senang hati akan diajak bekerja sama, maka Bapak Marsigit menjawab dengan jawaban yang mampu dijadikan prinsip dalam bekerja sama dengan orang lain. “Tidak ada kriteria. Karena itu adalah sebuah kesuksesan bagi saya ketika saya mampu untuk berkolaborasi dengan orang yang paling susah diajak bekerja sama”. Ketika kita menentukan kriteria atau bahkan bisa disebut dengan batasan-batasan orang yang akan kita ajak bekerja sama maka kita akan me-reduce atau mengurangi makna kehidupan dunia kita. kehidupan akan memunculkan berbagai masalah dalam lika-liku perjalanannya. Dan ketika kita diterpa maslah pasti kita hidup di bawah garis tekanan. Namun, akan sangat bermakna bagi kehidupan kita ketika kita mampu mengubah tekanan menjadi potensi. Tantangan adalah sebuah tantangan, yang ketika kita sukses melewatinya maka hasilnya juga akan unusual bahkan extrausual. Namun, ketika kita belum mampu untuk menaklukan tantangan itu maka bahagia itu sederhana, bahagia ketika kita mampu menerima kenyataan yang ada. “Happiness is capable of receiving reality“. Oleh karena itu, kita tidak hanya butuh seorang guru saja untuk mendeasakan kita dan mendidik kita. Partner, musuh, dan orang yang mampu merefleksikan dan kita refleksikan juga sangat berharga keberadaannya.

Kehilangan terbesar yang sangat disayangkan dalam kehidupan kita adalah ketika kita kehilangan komunikasi, kehilangan kepercayaan, kehilangan kebebasan berfikir, berpendapat, dan konsistensi. Ketika kita telah menetapkan berani maju untuk bertanding maka kita juga harus menetapkan hati untuk berani menjadi pemenang bahkan untuk menjadi yang terkalahkan. Itulah kehidupan.

Kita harus lebih memaknai kehidupan kita dengan segala apa yang kita punya dan berusaha untuk menjadi apa yang seharusnya kita menjadi. Semoga bemanfaat..






Refleksi IDENTIFIKASI MASALAH PSIKOLOGI MENGAJAR MATEMATIKA, PSIKOLOGI BELAJAR MATEMATIKA DAN PSIKOLOGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA


Mathematics Psycologist Problems




Proses pendidikan itu adalah berlangsung seumur hidup. Sehingga pasti berdampak pada seluruh aspek kehidupan manusia Sehingga dapat menentukan karakter dan berbagai sikap, sifat, serta aksi reaksi seseorang. Di sisi lain, pembelajaran dalam lingkup pendidikan formal adalah juga merupakan salah satu subpendidikan pendidikan secara umum. Dengan kata lain, proses belajar dan mengajar di dalam kelas juga akan memunculkan berbagai reaksi dari dalam diri siswa bahkan bagi seorang guru, termasuk reaksi psikologis. Perlakuan guru terhadap siswa pada khususnya dan terhadap kelas pada umumnya akan memunculkan umpan balik baik secara nyata maupun tidak nyata dan secara langsung maupun tidak langsung dari diri para siswa. Untuk mengoptimalkan tujuan pembelajaran, maka diperlukan identifikasi masalah pembelajaran (dalam hal ini masalah psikologis pembelajaran matematika) dari sudut pandang siswa dan guru, seperti identifikasi masalah psikologis mengajar matematika, psikologi belajar matematika, dan psikologi pembelajaran matematika.

Dalam kajian identifikasi berbagai masalah tersebut, Bapak Marsigit telah menghadirkan berbagai persoalan psikologis dalam kaitannya dengan seluk beluk pembelajaran matematika. Saya tertarik dengan identifikasi masalah yang pertama, yaitu pengaruh banyaknya tugas terhadap kondisi psikologis siswa. Beban mata pelajaran bagi siswa di Indonesia memang relatif banyak, efeknya banyak tugas dan kewajiban berbagi konsentrasi dalam berbagai mata pelajaran tersebut. Pengelolaan dan kebijaksanaan guru dalam menanggapi masalah ini sangat diperlukan melalui berbagai pengkajian yang mendalam serta bereksplorasi dengan berbagai sumber dan narasumber yang ada. Di samping itu masih banyak sekali masalah yang harus segera ditangani secara bijak, rasional, dan sistematis karena merupakan masalah yang krusial dan lazim terjadi pada dunia pendidikan matematika. Dan tentunya dampak psikis masalah psikologis itu juga merupakan problem utama pembelajaran. Hal tersebut seperti tentang motivasi belajar matematika, adanya kesenjanagan potensi matematika dalam satu kelas, keterlibatan siswa dalam proses, berbagai pengembangan komponen pembelajaran yang iovatif, dan masih banyak lagi.

Sebagai calon guru, maka kita masih harus banyak belajar, membaca, meneliti, dan bereksplorasi untuk mengatasi berbagai persoalan ketika nantinya kita gunakan setelah kita terjun dalam dunia pendidikan yang sebenarnya – menjadi seorang guru – bagian utama komponen proses pembelajaran di dalam kelas.

Thanks to: Bapak Dr. MArsigit, MA

Refleksi Lesson Study dan Siswa Berkebutuhan Khusus Belajar Matematika (Telah dimuat di Bernas, 26 Agustus 2008)

Lesson Study for ABK




Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta telah menyelenggarakan sebuah kegiatan yang sangat bermakna bagi dunia pendidikan khusunya dalam pendidikan luar biasa. Workshop dan symposium internasional, 23-25 Agustus 2008.

Anak berkebutuhan khusus (ABK) memerlukan upaya khusus pula dalam membimbing mereka dan memfasilitasi belajar mereka. Lesson study (Jugyo Sinkekyu) dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan metode pembelajaran dalam pembelajaran matematika dan penjas adapted  bagi ABK. Berbagai sistematika yang ada pada program Lesson Study akan sangat bermanfaat dalam kaitannya dengan progress belajar para siswa berkebutuhan khusus ini. Hal tersebut dikarenakan unsur utama dalam Lesson Study adalah kerja sama. Kerja sama antarkomponen dunia pendidikan khusunya pembelajaran pada anak berkebutuhan khusus. Sehingga akan meningkatkan profesionalitas guru, meningkatkan kualitas dan kuantitas berbagai komponen pembelajaran (proses, media, metode, hasil), melayani kebutuhan siswa berkebutuhan khusus, dan lain sebagainya. Dengan adanya Lesson Study, yang tentu saja berbeda dengan training atau pun pelatihan lainnya maka akan mendorong guru untuk lebih mengerti dan memahami akan bagaimana ia harus bertindak sebagai seorang guru secara sadar. Karena guru akan merasa diberikan kesempatan untuk mengembangkan dirinya yang didukung dengan kekuatan eksternal bukan hanya selalu di-training atau pun digurui.

Mengajar anak berkebutuhan khusus dengan mengajar anak biasa pada umumnya memang memiliki perbedaan yang bisa jadi begitu tinggi kesenjangannya. Sebagai pendidik luar biasa, maka guru Pendidikan Luar Biasa (PLB) juga harus memiliki strategi luar biasa dan tentunya motivasi dan kesabaran yang luar biasa pula dalam mengkondisikan dirinya sebagai seorang guru yang begitu mulia. Melalui Lesson Study yang tentunya dilandasi dengan kerja sama antarberbagai pihak maka banyak pengalaman dan solusi pemecahan masalah di dalam kelas Pendidikan Luar Biasa akan didapat dan mampu diimplementasikan dalam pembelajaran kurikuler di dalam kelas. Hasil yang diperoleh pun juga luar biasa dan memiliki nilai kebermanfaatan yang tinggi dalam dunia pendidikan anak berkebutuhan khusus, khususnya pada pembelajaran matematika dan penjas adapted.

Semoga di hari depan juga akan muncul berbagai kegiatan, penelitian, dan fokus pengembangan metode pembelajaran maupun pendekatan pedagogik guru dalam kaitannya dengan pendidikan anak berkebutuhan khusus yang juga telah dijamin dengan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003. Sehingga, segala kesulitan belajar tidak menjadi persoalan utama lagi karena adanya motivasi dari dalam maupun dari luar pihak-pihak yang terkait dan akan menghasilkan suatu output yang relevan sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.


SUPPORT BY :

Refleksi Forum Tanya Jawab 63: Bagaimana Siswa Bisa Menentukan Kurikulum?


INDONESIA vs LONDON







Dikarenakan objek dan subjek pembelajaran adalah siswa maka ketika ada pernyataan siswa bisa menentukan kurikulum adalah sangatlah wajar. Namun, akan muncul sebuah pertanyaan jikalau siswa yang menentukan kurikulum adalah siswa yang baru menginjak kelas 2 Sekolah Dasar, bagaimana itu bisa terjadi dan diizinkan terjadi? Saya baru menyadari melalui refleksi pengalaman Bapak Marsigit ketika berada di London ini, bahwasanya ada pemaknaan kurikulum dan persepsi yang berbeda tentang kurikulum. Di Indonesia dan memang sepengathuan saya kurikulum adalah suatu instrument pendidikan lebih khususnya pembelajaran yang disusun oleh pemerintah pusat dan kemudian baru disebarkan ke seluruh instansi pendidikan di seluruh Indonesia. Dan di instansi inilah baru dijabarkan mengenai indikator dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Namun, berkat adanya forum tanya jawab ini maka saya mampu membuka pikiran saya dan mampu berpikir berbeda dari biasanya dan yang sudah lama ada, bahwa kurikulum itu juga dapat diartikan langsung dalam konteks kelas, hampir seperti RPP. Dan melalui pemaknaan kurikulum yang menjadi otoritas pihak sekolah maka akan menciptakan suasana pembelajaran yang diharapkan dan sesuai dengan kebutuhan kelas. Sistem pendidikan di Indonesia dengan yang berada di Inggris (London) memang berbeda. Pada waktu itu disebutkan bahwa Inggris menggunakan sistem desentralisasi pendidikan yang memberikan wewenang pihak sekolah untuk mengurusi uruasan kurikulumnya sendiri. Namun, di Indonesia tidak seperti itu. Kurikulum adalah urusan pemerintahan pusat. Akan tetapi, ada ilmu yang dapat kita implementasikan dalam pembelajaran versi London ke pembelajaran kita di Indonesia. Yaitu mengenai bagaimana titik berat, kemudi, dan orietasi proses belajar dan mengajar itu adalah hak prerogatif siswa. Hak istimewa yang dimiliki oleh siswa untuk dapat bergerak, bereksplorasi, dan mengembangkan kemampuan serta kecerdasan olah pikir mereka sendiri sesuai dengan standar masing-masing secara sadar dan mandiri. Dua point utama dalam kesimpulan akhir refleksi Bapak Marsigit di atas adalah tentang bagaimana pemaknaan pembelajaran di kelas, yang memiliki banyak siswa dan banyak pribadi yang berbeda dengan dielaborasikan terhadap tujuan. Pembelajaran di London akan menghasilkan kesimpulan bahwasanya Pbm matematika di London menganut paradigma: pada waktu yang berbeda, berbeda-beda siswa, mempelajari matematika yang berbeda, dengan kecepatan dan kemampuan yang berbeda, dengan hasil yang boleh berbeda pula. Sedangkan yang terjadi saat ini, di Indonesia adalah sebagai berikut; untuk waktu yang sama, berbeda-beda siswa, dituntut untuk mempelajari matematika yang sama, dengan hasil yang harus sama, yaitu sama dengan yang dipikirkan oleh gurunya. Solusi untuk hal ini adalah dengan adanya inovasi pembelajaran dari guru, seperti misalnya menggunakan berbagai variasi LKS dan adanya portofolio bahkan record keeping masing-masing siswa.


Saturday, February 23, 2013

Interview with Dr. Marsigit MA [marsigit] in Whohub's Reflection




Setelah membaca deretan pertanyaan dan jawaban-jawaban super dalam interview dengan Bapak Marsigit via whohub, maka saya sangat terkesan dan begitu banyak ilmu yang saya dapatkan melalui interview ini. Ketika saya memilih dunia pendidikan untuk menjadi masa depan saya nantinya, berbagai alasan saya cari dan beribu-ribu alasan saya temukan. Termasuk tentang prospek, materi, dan bermanfaat bagi semua. Namun kali ini saya telah kembali menemukan jawaban yang dapat mencakup semuanya dalam satu pernyataan, yaitu Education is the most complete model of world and life. Memang benar. Dalam mata kuliah Ilmu Pendidikan saya juga mendapatkan pengertian bahwasanya pendidikan itu mencakup segala hal dan berlangsung seumur hidup. KOMUNIKASI bisa dikatakan menjadi modal dasar dalam menjalankan peranan kita sebagai makhluk sosial, berkomunikasi untuk berinteraksi dengan orang lain. Bapak Marsigit telah membangun komunikasi kepada kita semua (para mahasiswa maupun yang lainnya) dengan menerobos batas ruang dan waktu dengan fasilitas powermathematics.blogspot.com. Dari website ini banyak sekali ilmu yang akan kita dapatkan. Dengan menggunakan kegemaran menulisya maka banyak karya yang dihasilkan dan dipergunakan untuk mengembangkan keprofesionalitasan beliau sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak. Banyak hal yang menarik perhatian saya dari interview ini. Antara lain adalah tentang segala yang ada dalam kehidupan kita adalah guru yang terbaik di samping pengalaman, yaitu kemungkinan dan ketidakmungkinan, keterbatasan dan ketidakterbatasan yang selengkapnya tercantum dalam pernyataan menakjubkan sebagai berikut, “My teacher is possibility and impossibility, finite and infinite, limited and unlimited, inside and outside, internal and external, forward and inward, get in and get out, as well as phenomena and noumena”. Selain itu, penegasan yang sangat menyentuh hati saya adalah bahwa uang itu penting untuk mendukung adanya kekreativitasan namun jangan sampai uang mengganggu bahkan menghentikan kekreativitasan itu sendiri. Mungkin refleksi ini tidak akan mencakup semua hal dalam interview ini. Tiga hal penting yang harus ada dan dikembangkan di dalam kehidupan kita dengan dilandasi berbagai landasan positif dan membangun adalah kritis, komunikatif, dan universal. 



REFLEKSI Pembelajaran Matematika Seperti Apa yang Kita Harapkan di SD?


STEP by STEP

Pembelajaran di SD yang diharapkan adalah yang mampu memfasilitasi siswa secara optimal sesuai dengan kebutuhan para siswa dan seiring dengan tuntutan perkembangan zaman. Proses belajar dan mengajar di dalam kelas harus direncanakan seefektif mungkin dengan didukung berbagai komponen dan sarana prasarana yang tepat. Perencanaan yang sistematis akan berguna dalam menentukan langkah apa dan bagaimana seorang guru akan menempatkan posisinya dalam mengajar para siswa nantinya. Oleh karena itu, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) penting adanya untuk dibuat dan dipelajari oleh seorang guru sebelum mengajar. Meskipun guru terkadang dianggap sudah mampu menguasai materi yang akan diajarkan karena telah terbiasa mendalami materi itu, namun sebelum melakukan proses pembelajaran, langkah persiapan harus tetap ada dan dilakukan. Lebih mendalami materi dan melakukan pemahaman terhadap keadaan psikologis kelas adalah kebutuhan dan tuntutan keprofesionalan seorang guru. Dengan itu, maka akan muncul berbagai gambaran strategi pengelolaan kelas dan pemecahan berbagai masalah untuk dijadikan sebagai rencana atau pun cadangan terhadap rencana utama.

Ketika telah berada dalam proses pembelajran, maka langkah awa yang dilakukan adalah melakukan kegiatan pendahuluan (pembukaan). Di sini, guru harus mampu mengkaitkan pengetahuan yang telh dimiliki siswa dengan berbagai materi yang akan diajarkan. Hal ini disebut dengan apersepsi. Sehingga, siswa dapat memiliki gambaran dan pemahaman awal dalam menghadapi kegiatan inti nantinya. Dengan adanya apersepsi maka pembelajaran akan terjadi secara kontekstual dan terjangkau oleh piiran siswa. Pemberian motivasi dalam kepada siswa juga penting terhadap kebutuhan psikis pada tahap awal ini.

Selanjutnya, sistematika EEK (eksplorasi, elaborasi,konfirmasi) pada kegiatan inti akan menjadi fokus utama pembelajaran. Seluruh rangkaian kegiatan mulai dari penggalian kemampuan dan berbagai pendalaman materi, mengelaborasikan kemampuan siswa terhadap berbagai metode dan materi yang ada, hingga penarikan kesimpulan bersama harus menitikberatkan pada keaktifan siswa. Sebagai fasilitator perkembangan kecerdasan dan olah pikir siswa maka guru harus memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada kelas untuk bergerak aktif dan progresif.

Saya setuju dengan pernyataan bahwa tidak ada metode tebaik dalam pembelajaan matematika. Yang ada adalah intensifikasi proses yang ada dan mencoba memaknai segala kondisi yang tercipta sehingga memunculkan kreatifitas dan inovasi metode pembelajaran yang tentunya selalu berubah sesuai dengan kebutuhan.

Thanks to : Mr. Marsigit



                                                                      

Refleksi Peran Penelitian dalam Pengembangan Pendidikan Matematika



Tri Dharma Perguruan Tinggi meliputi pendidikan dan pengajaran, peneltian dan pengembangan, serta pengabdian pada masyarakat. Di sini kita akan membahasa tentang penelitian sebagai refleksi dari  Peran Penelitian dalam Pengembangan Pendidikan Matematika. Dalam dunia pendidikan, khusunya pendidikan matematika, maka ilmu matematika adalah modal dasar bagi seorang guru untuk dapat disebut sebagai guru matematika dan dapat menjadi fasilitator pembelajaran matematika dalam proses pembelajaran di kelas. Salah satu syarat sebuah ilmu dapat dikatakan sebagai ilmu adalah diperoleh melalui suatu metode yang ilmiah. Proses metode ilmiah yang sistematis berawal dari kegiatan analisis masalah, penyusunan hipotesis, obesrvasi, eksperimen, hingga penarikan kesimpulan. Metode ilmiah ini selain bersifat sistematis juga akan menggunakan dan menghasilkan data yang logis, empirik, dan replikatif. Sehingga, hasil olah data yang dilakukan dalam penelitian ilmiah akan terbukti validisasi keakuratannya dan menghasilkan ilmu yang dapat dikaji secara ilmiah pula. Proses penelitian ilmiah sebuah objek penelitian dapat dilakukan improvisasi proses dan hasil seiring dengan tuntutan perkembangan kebutuhan dan zaman. Sehingga, sebagai pengemban amanah Tri Dharma Perguruan Tinggi, maka calon-calon guru atau bahkan seorang guru, pakar, atau berbagai pihak yang terkait dengan pelaksanaan proses pendidikan harus selalu melakukan progress penelitian berbagai produk ilmiah yang telah ada atau pun menciptakan inovasi barru melalui penelitian.

Implementasi penelitian dalam pembelajaran matematika adalah sebagai berikut. Melalui penelitian yang terkhusus dalam lingkup pembelajaran matematika, maka akan dihasilkan berbagai inovasi pembelajaran dan akan meningkatkan kepahaman seorang guru terhadap seluk beluk siswa dan kelas yang sedang didampinginya. Dalam pencapaian hasil penelitian yang tepat guna dan memiliki nilai kebermanfaatan yang tinggi, maka sebagai calon guru akan lebih bijaksana bila terus dan terus belajar, bereksplorasi, mencari banyak pengalaman dari berbagai sumber dan sarana prasarana, serta banyak-melakukan penelitian secara ilmiah.
 


Thanks to: Bapak Dr. MArsigit, MA

Refleksi Problematika Pembelajaran Matematika di SD



Sebagai seorang calon guru, jauh-jauh hari selagi masih ada kesempatan untuk belajar dan belajar, maka sebisa mungkin marilah kita belajar untuk mengajar di hari depan kelak. Salah satu cara mempersiapkan diri untuk menjadi seorang pengajar adalah mengidentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan pembelajaran suatu mata pelajaran. Misalnya, masalah anak didik pada khusunya atau pun masalah proses pembelajaran pada umumnya dalam mata pelajaran matematika siswa Sekolah Dasar (SD). MATEMATIKA. Matematika untuk anak SD bagi anak SD sendiri memunculkan berbagai tanggapan dan kesena tersendiri. Dan tentunya ada yang memiliki kesan baik terhadap mata pelajaran ini dan ada pula yang memiliki kesan kurang baik pada matematika. Kesan kuran baik ini merupakan salah satu persoalan atau masalah yang muncul dalam dunia pembelajaran matematika sejak tingkat Sekolah Dasar. Matematika terkesan sulit. Ada masalah ada solusi. Solusi untuk menghilangkan kesan sulit terhadap mata pelajaran matematika sesungguhnya harus muncul dari diri siswa sendiri. Siswa secara sadar harus mampu menghilangkan persepsi negative itu. Di sinilah  peran seorang guru dijalankan, sebagai fasilitator siswa dalam belajar melalui berbagai metode pembelajaran yang inovatif. Dari solusi pengubahan persepsi ini pun akan menghasilkan sebuah rumusan masalah kembali, yaitu tentang bagaimana guru mampu memfasilitasi agar siswa mampu belajar matematika dengan baik khususnya dalam mengembangkan kemampuan matematika (mathematical thingking). Dan kelanjutan dari masalah itu adalah tentang adanya kesenjangan kemampuan dan kecerdasan olah pikr siswa dalam mata pelajaran matematika dalam satu kelas. Jikalau diturut lebih jauh maka akan banyak masalah-masalah baru muncul. Oleh karena itu, saat ini, selagi masih diberikan waktu yang cukup banyak untuk melakukan persiapan dalam menghadapai masalah-masalah tersebut di atas secara efektif dan efisien, maka marilah kita terus belajar, bereksplorasi, dan meneliti. Sehingga ketika tiba waktunya untuk kita beraksi secara nyata maka berbagai usaha yang nantinya akan menciptakan sebuah pengalaman berharga akan tercipta dan semoga bermanfaat dalam profesi sebagai pendidik nantinya.

Analisis dan identifikasi masalah khusunya dalam pembelajaran matematika yang dilakukan dalam proses yang panjang, sistematis, dan melaui perenungan yang mendalam akan dimungkinkan menciptakan suatu metode pembelelajaran inovatif yang akan memecahkan berbagai masalah dan diharapkan melalui pembelajaran matematika dengan metode yang digunakannya mampu mempengaruhi kepribadian, prestasi belajar, dan menumbuhkan nilai-nilai moral pada siswa. 

CC: Bapak Dr. Marsigit, MA



Refleksi Elegi Pemberontakan Pendidikan Matematika 9: School Mathematics



Hakekat matematika sekolah menurut Ebbutt and Straker (1995) meliputi kegiatan penulusuran pola atau hubungan, kegiatan problem solving, kegiatan investigasi, dan komunikasi. Melalui keempat hakekat matematika ini yang diharapkan diimplementasikan dalam kegiatan pembelajaran maka akan menciptakan iklim pembelajaran yang menitikberatkan pada pemberdayaan keaktifan dan kontribusi siswa dalam proses belajar dan mengajar. Kegiatan penelusuran pola atau hubungan akan mendorong siswa untuk memiliki jiwa penyelidik, teliti, dan melatih kepahaman serta kemampuan pencarian pola suatu masalah. Kegiatan problem solving akan melatih ketrampilan dan mengembangkan olah piker siswa akan pemecahan suatu masalah, melatih siswa untuk berfikir logis dan sistematis, mengemukakan ide, gagasan, serta berani mengambil tindakan yang tentunya secara rasional dan terencana. Kegiatan investigasi akan senantiasa memelihara sifat keingintahuan seorang siswa sehingga akan berdampak pada kesadaran untuk mengeksplorasi dirinya dan mencoba mencari segala informasi atau materi yang diperlukannya dari berbagai sumber atau pun narasumber. Siswa juga akan dilatih untuk memiliki tanggapan terhadap suatu rangsangan masalah secara sadar dan terstruktur untuk memecahkannya melalui sebuah proses investigasi. Matematika adalah komunikasi dalam hakekat matematika sekolah akan melatih siswa untuk menghargai segala pendapat yang ada, melatih olah cakap siswa dalam mengemukakan pendapat atas persoalaan-persoalan matematika, serta dapat menjelaskan berbagai persoalaan yang terkait dengan pembelajaran matematika secara mateatis dan sistematis.

Keempat hakekat matematika sekolah menurut Ebbutt and Straker ini akan mendukung proses pembelajaran yang inovatif dengan memberdayakan siswa sebagai objek dan subjek utama pembelajaran.




CC: Bapak Dr. Marsigit, MA






Refleksi Elegi Guru Menggapai Perubahan



PERUBAHAN. Perubahan pasti terjadi dalam sebuah sistem. begitu pula segala komponen-komponennya. Dalam sistem pendidikan, lebih khususnya sistem pembelajaran dalam kelas , maka segala komponen pembelajaran itu pasti terjadi perubahan seiring dengan berubahnya dimensi ruang dan waktu. Jikalau komponen itu tidak berubah maka akan tertinggal. Oleh Karena itu, secara alami berbagai komponen pembelajaran akan berusaha dan diusahakan mengalami perubahan. Salah satu komponen penentu perubahan dalam sistem pembelajaran adalah guru. Karena nantinya dampak perubahan dari seorang guru secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perubahan komponen sistem yang lain, seperti siswa, metode, media, dan sumber belajar. Sehingga perubahan bagi seorang guru haruslah memiliki arah tujuan yang baik, bermakna positif sejak dari niat awal, usaha, hingga menuai hasil yang positif pula, serta memiliki nilai kebermanfaatan bagi semua pihak baik di dunia maupun di akhirat kelak (yang dalam hal ini disebut dengan amal jariyah).
Untuk melakukan perubahan maka harus didasari dengan kesadaran berubah dari diri sendiri. Sehingga nantinya akan muncul sebuah niat yang menumbuhkan motivasi. Kemudian untuk memelihara bahkan meningkatkan kesadaran dan motivasi perubahan maka kita juga senantiasa memiliki alasan yang kuat mengapa kita melakukan perubahan dan alasan itu berusaha kita pahami secara mendalam. Perubahan perlu dicoba, dilatih, dan dibiasakan. Karena perubahan adalah sesuatu hal yang baru yang memerlukan pembiasaan. Intropeksi pun juga penting dalam proses ini.
Perubahan dalam konteks pembelajaran ini adalah merupakan bagian tidak terpisahkan dari sebuah sistem. Maka pemeliharaan interaksi dan kerja sama yang baik di antara komponen-komponennya dan pihak-pihak yang terkait akan sangat penting adanya. Selain itu, perubahan juga memerlukan sistematika proses dalam pencapaiannya. Karena perubahan itu adalah suatu proses maka akan memerlukan waktu dalam tahap penyelesaiannya. Oleh karena itu kita harus memaknai dan menganalisis segala hakikat dan subhakikat perubahan serta menetapkan hati untuk senantiasa berada pada jalur perubahan yang semestinya.

CC: Bapak dr. MArsigit, MA

Friday, February 22, 2013

The Nature of Students Learn Mathematics's Reflection


                Seorang siswa dapat dikategorikan sebagai seorang manusia remaja yang sedang tumbuh dan berkembang. Baik secara fisik, mental, intelektual, sosial, emosional, psikologis, atau pun moral. Sehingga terkadang para siswa remaja ini masih labil karena mereka sedang melakukan pencarian jati diri. Namun, perkembangan ini juga berdampak baik karena secara alamiah seorang remaja cenderung memiliki sifat keingintahuan yang tinggi, suka tantangan, idealis, dan mampu melakukan  progress dalam berpikir. Meskipun semua itu terkadang hanya untuk menunjukkan eksistensi diri. Dalam konteks seperti ini, seorang guru harus mampu menjalankan perannya sebagai fasilitator siswa dalam pembelajaran. Bermodal sifat keunikan dari para siswanya, yang secara pasti setiap siswa memliki sifat sendiri-sendiri, guru harus mampu mengkoordinir dan melakukan pengelolaan kelas secara tepat dan bijaksana. Pengelolaan pembelajaran secara tepat dapat dilakukan dengan pemilihan berbagai metode, media, atau pun sumbe belajar yang inovatif, yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa dan merangsang keaktifan belajara siswa sehingga hasilnya efektif dan efisien. Suasana pembelajaran diciptakan dengan mempertimbangkan suasana kepribadian siswa yang sedang mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya adalah diciptakan iklim persaingan dalam konteks pembelajaran sehingga siswa dipacu untuk aktif dan menjadi bagian utama dalam proses pembelajaran. Setiap siswa akan berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik di antara yang lainnya. Ini akan mempengaruhi motivasi belajar kelas. Di samping itu, pengelolaan pembelajaran juga harus bijaksana, yang artinya adil, seimbang, dan mencakup semua. Semua siswa adalah sama haknya, memperoleh ilmu melalui proses pembelajaran. Tidak ada yang membedakan mereka kecuali atas keunikan yang mereka miliki sendiri-sendiri. Semua ini secara perlahan dan pasti akan mengubah paradigma pembelajaran yang semula berorientasi kepada guru menjadi pembelajaran yang berorientasi kepada siswa. Di dalam proses pembelajaran guru berperan sebagai fasilitator perkembangan kecerdasan dan kemampuan olah piker siswa . Oleh karena itu, seorang guru harus mampu memberikan kesempatan perkembangan intelektual siswa itu secara sadar  dari diri diri siswa sendiri.

CC: Bapak Dr. Marsigit, MA

To Develop Lesson Plan for Secondary Mathematics Teaching's Reflection (Mengembangkan RPP Untuk PBM Matematika di SMP)



                Skenario dan latar belakang segala skenario apa yang akan terjadi di dalam sebuah pembelajaran telah dikemas dalam sebuah Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP) atau juga bisa disebut dengan Lesson Plan. Di dalam RPP terdapat sebuah tujuan yang dijabarkan dalam subtujuan umum dan subtujuan khusus yang dijadikan sebagai patokan atau sasaran ke mana suatu pelajaran itu akan diarahkan. Seorang guru harus benar-benar memahami tentang tujuan pembelajaran tersebut. Sehingga guru dapat menentukan indikator-indikator pencapaian hasil belajar secara tepat. RPP juga akan menerangkan seluruh rangkaian kegiatan kurikuler mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Guru harus mampu memberikan apersepsi dan motivasi dalam kegiatan pendahuluan pembelajaran. Sehingga pikiran siswa dapat masuk dan menyatu dengan pembelajaran atau materi yang akan disampaikan. Sedangkan pada kegiatan inti, guru harus mampu melakukan pengelolaan kelas secara bijak. Berorientasi kepada keaktifan siswa bukan pada metode ekspositori guru. Beranjak dari pembentukan niat atau will – knowledge – attitude – skill – experience harus didominasi oleh diri siswa. Dalam berbagai kesempatan siswa semestinya banyak diberikan waktu untuk mencoba, berbicara, dan mengeksplorasi segala kemampuan. Untuk melengkapi itu semua, maka diperlukan dukungan dari komponen-komponen pembelajaran yang lainnya juga, seperti media, metode, dan sumber belajar. Dan tentunya semua itu haruslah dikembangkan oleh guru secara inovatif. Media pembelajaran bermanfaat sekali untuk menarik perhatian siswa. Oleh karena itu, untuk saat ini media pembelajaran berbasis IT akan menjadi prioritas utama dalam pembelajaran seiring dengan perkembangan arus globalisasi. Sedangkan metode pembelajaran sebaiknya dapat membangkitkan semangat belajar siswa, keaktifan siswa, dan mencakup seluruh siswa. Sedangkan pada sumber belajar, buku bukanlah sumber belajar satu-satunya. Masih banyak sumber belajar yang dapat dijadikan referensi pembelajaran seperti berbagai sumber dari internet. Hal-hal mendasar tersebut akan secara perlahan mengubah proses pembelajaran yang berorientasi kepada guru menuju ke pembelajaran yang berorientasi kepada siswa.
CC: Bapak Dr. Marsigit, MA

REFLEKSI Problem Utama Inovasi Pembelajaran (Matematika) pada PLPG dan Sertifikasi Guru


Sesungguhnya tujuan utama proses pembelajaran adalah membuat siswa mengerti dan memahami materi pelajaran sehingga siswa dapat mengaplikasikannya dalam berbagai bentuk atau pun memanfaatkannya dalam berbagai hal. Untuk mewujudkan itu semua, tidak cukup hanya dengan pemberian materi secara lisan  dari seorang guru saja. Namun, keterlibatan siswa secara aktif adalah sangat penting keberadaannya. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan paradigma dari pembelajaran berpusat pada guru ke pembelajaran berpusat pada siswa. Akan tetapi, muncul masalah baru. Sebuah perubahan itu tidak ada yang langsung terjadi secara instant. Karena perubahan adalah sebuah proses.

Ketika seorang guru merasa kesulitan untuk melibatkan siswa seawal mungkin dalam kegiatan pembelajaran di kelas, maka adanya sebuah apersepsi di awal pembelajaran adalah sangat penting. Apersepsi akan mampu mengkondisikan pikiran siswa sehingga dapat menyatu dan berkonsentrasi dengan materi pelajaran. Sedangkan tentang pelayanan kebutuhan seluruh siswa harus diselesaikan melalui pola atau metode pembelajaran yang inovatif dan variatif. Pusat Latihan Pendidikan Guru (PLPG) telah memfasilitasi guru melalui jalur PLPG jalur pendidikan profesi guru. Dengan adanya kegiatan tersebut maka dapat dijadikan wahana pembelajaran guru dalam pengembangan inovasi pembelajaran baik yang mencakup media pembelajaran, seperti LKS atau media audiovisual maupun dalam pengimprovisasian metode pembelajaran.

CC: Bapak Dr. Marsigit, MA
SUPPORT BY : http://powermathematics.blogspot.com/2008/11/problem-utama-inovasi-pembelajaran.html?showComment=1361537600000#c4815041236289971290

Sunday, February 17, 2013

Refleksi Elegi Permintaan Si Murid Cerdas Kepada Guru Matematika


Demokrasi dalam Pembelajaran Matematika”

Satu hal yang telah menarik perhatian saya terhadap artikel di atas adalah berkenaan dengan masalah sistem belajar dan mengajar dalam matematika. Dari sudut pandang ini, saya telah menitikberatkan terhadap bagaimana cara sistem tersebut berjalan. Oleh karena itu, saya menyebut refleksi  artikel tersebut sebagai “Demokrasi dalam Pembelajaran Matematika”.

 Demokrasi berasal terdiri dari kata demos (rakyat) dan kratein (pemerintah). Dengan demikian, demokrasi berarti rakyat yang memerintah. Itu adalah ketika kita berbicara demokrasi secara umum, dalam konteks pemerintahan. Sedangkan di sini kita akan menganalogikan sistem pembelajaran matematika melalui sistem demokrasi. Ketika berbicara tentang sistem, maka akan terdapat berbagai komponen yang saling berinteraksi untuk mewujudkan tujuan sistem itu sendiri. Komponen pembelajaran, antara lain adalah guru, siswa, metode, dan materi. Semua itu akan bekerja sama untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Sedangkan tujuan pembelajaran diprioritaskan kepada diri siswa. Melalui pembelajaran siswa diharapkan paham terhadap materi, mampu untuk mengaplikasikan materi, serta dapat mengimprovisasi kemampuan melalui materi yang ia dapatkan. Untuk mencapai itu semua, tidak dapat dilakukan melalui pembelajaran satu arah – dari guru ke siswa saja.

Dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa. Peran utama dalam pembelajaran matematika adalah siswa. Guru bukanlah masinis yang memutuskan mau dibawa ke mana kereta itu berjalan. Namun, guru adalah fasilitator siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ki Hajar Dewantara telah memberikan wejangan dalam kaitannya dengan  hal ini. Ing ngarso sung tuladha, dari depan memberikan contoh teladan yang baik. Contoh tidak hanya berkaitan dengan knowledge atau kognitif saja, yang tentu dalam implementasinya haruslah memberdayakan adanya siswa. Seorang guru haruslah membuat siswa tetap aktif, tidak hanya mendengar guru berbicara atau tidak hanya melihat guru memberikan contoh. Namun, siswa diberikan kesempatan untuk ikut terlibat sebagai subjek pembelajaran. Di sisi lain, contoh sikap dan tutur kata yang baik akan sangat berimbas terhadap penerimaan siswa akan guru yang sedang mengajarnya. Bagaimana guru itu menghargai siswa melalui segala sikap dan tutur katanya dan bagaimana guru mampu untuk tidak merasa bahwa dia adalah yang paling benar dalam hal pengelolaan pembelajaran khusunya pembelajaran matematika.

Ing madya mangun karsa, dari samping memberikan motivasi. Matematika dipandang oleh mayoritas siswa adalah mata pelajaran yang sulit. Seorang guru matematika haruslah mengubah cara pandang siswanya terhadap hal ini. Melalui metode inovatif pembelajaran matematika, kesan sulit akan memudar. Aliran konservatif yang dianut secara kaku dalam pembelajaran matematika dengan cara memberikan siswa banyak rumus, soal, catatan, dan banyak duduk di kelas akan mendukung tumbuh kembangnya persepsi sulit pelajaran matematika. Apersepsi serta motivasi di awal pembelajaran maupun dalam proses pembelajaran sangatlah penting untuk tetap menjaga konsentrasi dan semangat siswa dalam belajar matematika. Selain itu, reward yang bersifat mendidik juga perlu diberikan kepada siswa secara pas dan tidak berlebihan.

Tut wuri handayani, dari belakang memberikan dorongan. Tingkat kecerdasan matematika dalam satu kelas tidaklah sama. Tidak jarang terjadi kesenjangan pola pikir siswa, karena setiap individu itu pasti memiliki perbedaan. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk adil dan bijak dalam pengelolaan pembelajaran matematika. Metode inovatif dapat membantu peran guru dalam kaitannya mendorong seluruh siswanya untuk menumbuhkan sikap giat, aktif, dan terampil dalam pembelajaran matematika.

Sistem pembelajaran adalah dunia siswa. Tempat di mana siswa terlibat dalam proses menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara sadar dari dalam dirinya sendiri. Proses ini didukung oleh seorang guru melalui peranannya sebagai fasilitator tumbuh dan berkembangnya pola pikir dan potensi siswa.