Pantang
menyerah itu adalah ketika seseorang tidak takut akan kekalahan. Merasa sakit
ketika terjatuh – pasti. Tapi segala yang ada padanya dan di sekitarnya mampu
menjadi penawar rasa sakit itu. Hidup itu fluktuatif, naik turun. Jalan hidup
seseorang tidaklah selurus rambut model-model shampoo itu. Tidak pula semulus kulit mbak mbak model handbody yang cantik. Kalaupun ada yang
seperti itu seseorang itu termasuk spesies yang seharusnya punah bukan lagi
langka. Karena Nabi Muhammad SAW bersabda “Allah
menguji hambaNya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji
kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang ke luar emas murni. Itulah
yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu
(mutunya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang ke luar seperti emas hitam dan
itu yang memang ditimpa fitnah (musibah)”. (HR. Ath-Thabrani). Dan kadar ujian
setiap manusia itu berbeda-beda. Dampaknya juga berbeda-beda. Dari level sedih
– kecewa – putus asa – hingga yang sampai mau bunuh diri. Nah, yang sampai
level bunuh diri ini saya tegaskan “DON’T TRY THIS AT HOME”. Sungguh, mereka yang termasuk dalam kasta ini
adalah mereka yang tidak memahami akan hakikat waktu. Terburu-buru dan tidak
sabar. Juga tidak mengerti akan hakikat istilah “Siapa yang menanam akan menuai
hasilnya”. Coba dia bangkit, cari obat, dan berusaha; kalau pun jatuh lagi ya
diulangi lagi. ITU TEORINYA. Ujian kehidupan tidak menghasilkan nilai
kuantitatif yang selalu menjadi motif utama dalam ujian sekolah. Pengalaman dan
daya tahan dalam segala proses hingga akhir ujian adalah yang terpenting.
Memang
tidak dapat dipungkiri bahwasanya tidak semua orang mampu bertahan dalam
ketidaktahanannya dan mampu bangkit dalam keterpurukannya. Menyerah – pantang
menyerah, bangkit – terjatuh, maju - mundur, adalah bagaikan dua sisi mata uang
yang berlainan namun tetap dalam satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.
Hidup memang benar-benar sebuah pilihan. Mau menyerah boleh mau pantang
menyerah silakan. Namun inilah hidup. Siapa yang bangkit adalah orang yang
memahami akan hakikat peluang dan perjuangan, sedangkan memilih terjatuh adalah
orang yang merugi. Terus maju adalah seorang pemenang, pecundang adalah yang
mundur dari medan pertempuran. Yang dapat memilih adalah yang memiliki jiwa. Dan
seorang manusia diberikan kekuasaan untuk menentukan nasibnya sendiri. Dia
diberikan hak untuk menentukan pilihan mau dibawa kemanakah kehidupannya kelak.
Lingkungan sekitar memang berpengaruh dalam sebuah proses hidup. Namun ujung
tombak perilaku seseorang tetap berada pada dirinya. So, tentukanlah pilihanmu
sendiri. Jangan ragu untuk memilih kesuksesan yang diselimuti beribu-ribu duri
kehidupan daripada kesuraman yang diselimuti kenyamanan. Dan pilihan terakhir
ini adalah bagaikan serigala berbulu domba. Itu sangatlah berbahaya. Zona
nyaman yang sesungguhnya sama sekali tidak baik untuk masa depan. Kesimpulan
yang lain adalah Jangan takut jangan ragu untuk keluar dari zona nyamanmu saat
ini.
Yakinlah
segala yang ada di bumi ini telah diatur oleh-Nya. Semua dan segala yang ada
insya Allah ada hikmahnya. Tetap berbaik sangkalah kepada Sang Maha Pencipta.
Karena tidak ada kekecewaan tidak ada putus asa. Segala sesuatu bagi seorang
muslim adalah baik saja. Selama dia bersyukur ketika diberi nikmat dan bersabar
ketika diberi cobaan. Hidup adalah masalah syukur dan sabar. J
Z E A L .
Pantang
menyerah itu adalah ketika seseorang tidak takut akan kekalahan. Merasa sakit
ketika terjatuh – pasti. Tapi segala yang ada padanya dan di sekitarnya mampu
menjadi penawar rasa sakit itu. Hidup itu fluktuatif, naik turun. Jalan hidup
seseorang tidaklah selurus rambut model-model shampoo itu. Tidak pula semulus kulit mbak mbak model handbody yang cantik. Kalaupun ada yang
seperti itu seseorang itu termasuk spesies yang seharusnya punah bukan lagi
langka. Karena Nabi Muhammad SAW bersabda “Allah
menguji hambaNya dengan menimpakan musibah sebagaimana seorang menguji
kemurnian emas dengan api (pembakaran). Ada yang ke luar emas murni. Itulah
yang dilindungi Allah dari keragu-raguan. Ada juga yang kurang dari itu
(mutunya) dan itulah yang selalu ragu. Ada yang ke luar seperti emas hitam dan
itu yang memang ditimpa fitnah (musibah)”. (HR. Ath-Thabrani). Dan kadar ujian
setiap manusia itu berbeda-beda. Dampaknya juga berbeda-beda. Dari level sedih
– kecewa – putus asa – hingga yang sampai mau bunuh diri. Nah, yang sampai
level bunuh diri ini saya tegaskan “DON’T TRY THIS AT HOME”. Sungguh, mereka yang termasuk dalam kasta ini
adalah mereka yang tidak memahami akan hakikat waktu. Terburu-buru dan tidak
sabar. Juga tidak mengerti akan hakikat istilah “Siapa yang menanam akan menuai
hasilnya”. Coba dia bangkit, cari obat, dan berusaha; kalau pun jatuh lagi ya
diulangi lagi. ITU TEORINYA. Ujian kehidupan tidak menghasilkan nilai
kuantitatif yang selalu menjadi motif utama dalam ujian sekolah. Pengalaman dan
daya tahan dalam segala proses hingga akhir ujian adalah yang terpenting.
Memang
tidak dapat dipungkiri bahwasanya tidak semua orang mampu bertahan dalam
ketidaktahanannya dan mampu bangkit dalam keterpurukannya. Menyerah – pantang
menyerah, bangkit – terjatuh, maju - mundur, adalah bagaikan dua sisi mata uang
yang berlainan namun tetap dalam satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.
Hidup memang benar-benar sebuah pilihan. Mau menyerah boleh mau pantang
menyerah silakan. Namun inilah hidup. Siapa yang bangkit adalah orang yang
memahami akan hakikat peluang dan perjuangan, sedangkan memilih terjatuh adalah
orang yang merugi. Terus maju adalah seorang pemenang, pecundang adalah yang
mundur dari medan pertempuran. Yang dapat memilih adalah yang memiliki jiwa. Dan
seorang manusia diberikan kekuasaan untuk menentukan nasibnya sendiri. Dia
diberikan hak untuk menentukan pilihan mau dibawa kemanakah kehidupannya kelak.
Lingkungan sekitar memang berpengaruh dalam sebuah proses hidup. Namun ujung
tombak perilaku seseorang tetap berada pada dirinya. So, tentukanlah pilihanmu
sendiri. Jangan ragu untuk memilih kesuksesan yang diselimuti beribu-ribu duri
kehidupan daripada kesuraman yang diselimuti kenyamanan. Dan pilihan terakhir
ini adalah bagaikan serigala berbulu domba. Itu sangatlah berbahaya. Zona
nyaman yang sesungguhnya sama sekali tidak baik untuk masa depan. Kesimpulan
yang lain adalah Jangan takut jangan ragu untuk keluar dari zona nyamanmu saat
ini.
Yakinlah segala yang ada di bumi ini telah diatur oleh-Nya. Semua dan segala yang ada insya Allah ada hikmahnya. Tetap berbaik sangkalah kepada Sang Maha Pencipta. Karena tidak ada kekecewaan tidak ada putus asa. Segala sesuatu bagi seorang muslim adalah baik saja. Selama dia bersyukur ketika diberi nikmat dan bersabar ketika diberi cobaan. Hidup adalah masalah syukur dan sabar. J Z E A L .