Kebijakan
Ujian Nasional memang membawa beragam implikasi bagi dunia pendidikan. Misalnya
saja dalam proses pembelajaran di sekolahan, khusunya kelas akhir (kelas 6 SD,
kelas 3 SMP, dan kelas 3 SMA). Pada jenjang kelas akhir di setiap tingkatannya
ini, para guru atau pihak sekolahan akan lebih memfokuskan siswa-siswanya untuk
menguasai soal-soal sejenis yang hanya keluar di tes ujian nasional saja. Pwelajaran
yang lain akan dikesampingkan. Bahkan, pelajaran yang di-unas-kan sekalipun
hanya akan dipelajari sebagian materinya sesuai dengan kisi-kisi ujian
nasional. Trik-trik khusus dan cepat akan bermunculan dengan alasan efisien
waktu dalam mengejarkan soal-soal unas. Sehingga, akan mendorong tumbuh kembangnya
lembaga-lembaga bimbingan belajar yang menyediakan fasilitas trik-trik khusus
dan cepat untuk mengerjakan soal dengan kilat. Dan tentunya biaya untuk jasa
bimbingan belajar ini juga tidak murah. Bahkan, sebagian bimbel menyediakan
kelas khusus yang biayanya jauh lebih mahal dibandingkan dengan kelas reguler
biasa. Di sana mereka akan tetap diajari trik-trik khusus untuk mengerjakansoal
ujian dengan cepat dan kilat. Bahkan, terkadang cara-ara yang tidak rasional
dengan menggambling jawaban soal juga diajarkan. Di sinilah hakikat proses
pembelajaran semakin hilang dan memudar. Orientasi ujian nasional
mengesampingkan proses belajar dan mengajar. Bahkan, sejak akhir semester
ganjil di tingkat akhir, para siswa sudah memulai tutup buku pelajaran lain
selain yang di-unas-kan. Sungguh ironi memang.
No comments:
Post a Comment