Ada
kalanya pikiran manusia itu dihinggapi oleh sesuatu yang abstrak sehingga
terkadang mampu memecahkan konsentrasi atau fokus pikiran. Sesunggunya semua
ilmu ada ilmu untuk mempelajarinya. Namun dengan segala keterbatasan yang
manusia miliki maka ada ilmu yang hanya dapat dipelajari hingga batas-batas
tertentu saja. Hal tersebut ada untuk dijadikan bahan intropeksi bagi manusia
bahwa manusia hanyalah seorang makhluk yang tak berdaya bilamana tidak ada
sebuah kekuatan yang mahabesar yang menopangnya, yakni kekuatan dan kekuasan
Sang Maha Pencipta, Allah SWT.
Digambarkan
dalam elegi di atas bahwa perjuangan memeahami dan mempelajari fatamorgana itu
begitu sulit untuk dilakukan, apalagi untuk menangkap fatamorgana. Fatamorgana yang
terjadi dikarenakan adanya pembiasan cahaya hanya dapat dilihat dan tidak dapat
disentuh, misalnya bentuk fatamorgana yang sering kita lihat di aspal panas
pada waktu siang hari. Bila diibaratkan melalui fenomena fatamorgana, maka
terkadang manusia itu terperdaya dengan segala sesuatu yang semu saja. Misalnya
dengan segala kesesangan, kenikmatan, dan kebahagiaan sesaat yang ada di dunia
yang mampu mengesampingkan tuntutan kebahagiaan kekal yang ada di akhirat.
No comments:
Post a Comment