Saya setuju dengan pernyataan di atas yang intinya
adalah bahwasanya bukan filsafat yang menyesatkan manusia yang sedang
mempelajarinya namun ketika ia mempelajari filsafat ia sesungguhnya telah
tersesat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dalam Elegi Refleksi Elegi,
yakni “Setiap orang bisa mempelajari Filsafat. Jika orang Islam berfilsafat
maka semoga semakin baik ke Islamannya. Jika orang Majusi belajar filsafat maka
semakin baik Majusinya. Jika orang Kafir berfilsafat maka mungin semakin
Kafirlah dia.”
Dari elegi ini saya mendapatkan pencerahan yang
lebih jelas akan makna filsafat, yakni olah pikir yang refleksif. Bila
pemahmaan akan filsafat hanya diartikan sebagai kegiatan refleksi maka hal
tersebut merupakan salah satu awal indikasi pereduksian filsafat. Dinyatakan
dalam Elegi Mendengarkan Tangisan dan Nyanyian para filsuf, bahwa ada rasa
ketakutan dari para filsuf dengan pembelajaran filsafat melalui metode filsafat
yang digunakan oleh Bapak Marsigit akan menciptakan kaum reduksionis, karena
para perefleksi (mahasiswa) akan memahami makna filsafat dari setiap elegi
dengan pikirannya masing-masing. Entah itu persepsi yang benar atau yang salah.
Namun, senantiasa mengupgrade pemahaman mahasiswa melalui kontinuitas membaca
referensi elegi di blog ini serta adanya pendampingan di kelas akan membantah
kekhawatiran para filsuf tersebut. Oleh karenanya, belajar dari berbagai
referensi akan sangat membantu menyimpulkan pemahaman yang benar.
No comments:
Post a Comment