Sunday, February 17, 2013

Refleksi Elegi Permintaan Si Murid Cerdas Kepada Guru Matematika


Demokrasi dalam Pembelajaran Matematika”

Satu hal yang telah menarik perhatian saya terhadap artikel di atas adalah berkenaan dengan masalah sistem belajar dan mengajar dalam matematika. Dari sudut pandang ini, saya telah menitikberatkan terhadap bagaimana cara sistem tersebut berjalan. Oleh karena itu, saya menyebut refleksi  artikel tersebut sebagai “Demokrasi dalam Pembelajaran Matematika”.

 Demokrasi berasal terdiri dari kata demos (rakyat) dan kratein (pemerintah). Dengan demikian, demokrasi berarti rakyat yang memerintah. Itu adalah ketika kita berbicara demokrasi secara umum, dalam konteks pemerintahan. Sedangkan di sini kita akan menganalogikan sistem pembelajaran matematika melalui sistem demokrasi. Ketika berbicara tentang sistem, maka akan terdapat berbagai komponen yang saling berinteraksi untuk mewujudkan tujuan sistem itu sendiri. Komponen pembelajaran, antara lain adalah guru, siswa, metode, dan materi. Semua itu akan bekerja sama untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Sedangkan tujuan pembelajaran diprioritaskan kepada diri siswa. Melalui pembelajaran siswa diharapkan paham terhadap materi, mampu untuk mengaplikasikan materi, serta dapat mengimprovisasi kemampuan melalui materi yang ia dapatkan. Untuk mencapai itu semua, tidak dapat dilakukan melalui pembelajaran satu arah – dari guru ke siswa saja.

Dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa. Peran utama dalam pembelajaran matematika adalah siswa. Guru bukanlah masinis yang memutuskan mau dibawa ke mana kereta itu berjalan. Namun, guru adalah fasilitator siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ki Hajar Dewantara telah memberikan wejangan dalam kaitannya dengan  hal ini. Ing ngarso sung tuladha, dari depan memberikan contoh teladan yang baik. Contoh tidak hanya berkaitan dengan knowledge atau kognitif saja, yang tentu dalam implementasinya haruslah memberdayakan adanya siswa. Seorang guru haruslah membuat siswa tetap aktif, tidak hanya mendengar guru berbicara atau tidak hanya melihat guru memberikan contoh. Namun, siswa diberikan kesempatan untuk ikut terlibat sebagai subjek pembelajaran. Di sisi lain, contoh sikap dan tutur kata yang baik akan sangat berimbas terhadap penerimaan siswa akan guru yang sedang mengajarnya. Bagaimana guru itu menghargai siswa melalui segala sikap dan tutur katanya dan bagaimana guru mampu untuk tidak merasa bahwa dia adalah yang paling benar dalam hal pengelolaan pembelajaran khusunya pembelajaran matematika.

Ing madya mangun karsa, dari samping memberikan motivasi. Matematika dipandang oleh mayoritas siswa adalah mata pelajaran yang sulit. Seorang guru matematika haruslah mengubah cara pandang siswanya terhadap hal ini. Melalui metode inovatif pembelajaran matematika, kesan sulit akan memudar. Aliran konservatif yang dianut secara kaku dalam pembelajaran matematika dengan cara memberikan siswa banyak rumus, soal, catatan, dan banyak duduk di kelas akan mendukung tumbuh kembangnya persepsi sulit pelajaran matematika. Apersepsi serta motivasi di awal pembelajaran maupun dalam proses pembelajaran sangatlah penting untuk tetap menjaga konsentrasi dan semangat siswa dalam belajar matematika. Selain itu, reward yang bersifat mendidik juga perlu diberikan kepada siswa secara pas dan tidak berlebihan.

Tut wuri handayani, dari belakang memberikan dorongan. Tingkat kecerdasan matematika dalam satu kelas tidaklah sama. Tidak jarang terjadi kesenjangan pola pikir siswa, karena setiap individu itu pasti memiliki perbedaan. Oleh karena itu, seorang guru dituntut untuk adil dan bijak dalam pengelolaan pembelajaran matematika. Metode inovatif dapat membantu peran guru dalam kaitannya mendorong seluruh siswanya untuk menumbuhkan sikap giat, aktif, dan terampil dalam pembelajaran matematika.

Sistem pembelajaran adalah dunia siswa. Tempat di mana siswa terlibat dalam proses menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan kognitif, afektif, dan psikomotorik secara sadar dari dalam dirinya sendiri. Proses ini didukung oleh seorang guru melalui peranannya sebagai fasilitator tumbuh dan berkembangnya pola pikir dan potensi siswa.


No comments:

Post a Comment