Tuesday, March 12, 2013

Some Problems in the Effort of Promoting Innovations of Teaching Learning of Mathematics and Sciences in Indonesia's Reflection



Let's Move On--Ayo Move On




            MOVE ON. Setidaknya ketika sistem pembelajaran secara sadar (memiliki niat, kemauan, daya, dan upaya) move on menuju ke pembelajaran yang inovatif, maka hampir dapat dipastikan masalah-masalah dalam konteks pembelajaran di dalam kelas dapat teratasi. Misalnya, dalam kaitannya dengan masalah psikologi pembelajaran, masalah perkembangan potensi setiap siswa, masalah menumbuhkan minat siswa terhadap materi ajar, dan lain sebagainya.  Namun, hijrahnya suatu sistem seperti ini harus dilakukan secara sistematis. Melalui tahap-tahap pendahuluan dengan tujuan pembiasaan komponen-komponen terkait untuk melakukan berbagai terobosan inovatif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, adanya latihan, eksplorasi berbaai sumber, dan analisis berbaai masalah sangat pentin untuk dilakukan.

            Inovasi pembelajaran yang dimaksud di sini adalah suatu pola pembelajaran yang dalam proses atau pun tentang hasilnya selalu berorientasi dan berpusat pada siswa. Berbeda 180 derajat dengan yang saat ini terjadi, yaitu pola pembelajaran yang berpusat pada guru. Melalui rencana pelaksanaan pembelajaran (lesson plan) yang dibuat oleh guru, untuk yang terjadi saat ini masih banyak yang perlu dibenahi. Antara lain adalah ketika sejak awal proses belajar mengajar, guru selalu mendominasi jalannya pelajaran. Melalui metode ekspositorinya, guru secara terus menerus selalu mengeluarkan penjelasan, informasi, konsolidasi, dan pengenalan yang sifatnya satu arah – dari guru untuk siswa. iklim pembelajaran yang seperti ini akan mendorong siswa untuk bergerak dan berkembang secara pasif. Inisiasi, aktivitas, dan kreativitasnya tersendat (terhambat) bahkan bisa saja siswa dapat kehilangan itu semua.

            Metode pembelajaran inovatif juga diharapkan mampu menangani masalah kesenjangan kemampuan dan pengetahuan siswa. Yang selama ini terjadi adalah seluruh siswa diberikan perlakuan yang sama (dalam konteks proses perkembangan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya). Bahkan, terjadi pula, banyak siswa yang berkemampuan tinggi harus ‘terpaksa’ menunggu yang lain untuk melakukan pembelajaran selanjutnya. Sedangkan, siswa yang berkemampuan terbatas ‘dipaksa’ harus mengatrol kemampuannya, bahkan paksaan itu bisa jadi sampai target melebihi ambang batas kemampuan. Dalam hal ini, maka perlu adanya pengembangan dan improvisasi LKS dalam berbagai standar untuk berbagai siswa dalam waktu yang sama. 

No comments:

Post a Comment