Let's Move On--Ayo Move On
MOVE ON. Setidaknya ketika sistem
pembelajaran secara sadar (memiliki niat, kemauan, daya, dan upaya) move on menuju ke pembelajaran yang
inovatif, maka hampir dapat dipastikan masalah-masalah dalam konteks
pembelajaran di dalam kelas dapat teratasi. Misalnya, dalam kaitannya dengan
masalah psikologi pembelajaran, masalah perkembangan potensi setiap siswa, masalah
menumbuhkan minat siswa terhadap materi ajar, dan lain sebagainya. Namun, hijrahnya suatu sistem seperti ini
harus dilakukan secara sistematis. Melalui tahap-tahap pendahuluan dengan
tujuan pembiasaan komponen-komponen terkait untuk melakukan berbagai terobosan
inovatif dalam pembelajaran. Oleh karena itu, adanya latihan, eksplorasi
berbaai sumber, dan analisis berbaai masalah sangat pentin untuk dilakukan.
Inovasi
pembelajaran yang dimaksud di sini adalah suatu pola pembelajaran yang dalam
proses atau pun tentang hasilnya selalu berorientasi dan berpusat pada siswa.
Berbeda 180 derajat dengan yang saat ini terjadi, yaitu pola pembelajaran yang
berpusat pada guru. Melalui rencana pelaksanaan pembelajaran (lesson plan) yang dibuat oleh guru,
untuk yang terjadi saat ini masih banyak yang perlu dibenahi. Antara lain
adalah ketika sejak awal proses belajar mengajar, guru selalu mendominasi jalannya
pelajaran. Melalui metode ekspositorinya, guru secara terus menerus selalu
mengeluarkan penjelasan, informasi, konsolidasi, dan pengenalan yang sifatnya
satu arah – dari guru untuk siswa. iklim pembelajaran yang seperti ini akan
mendorong siswa untuk bergerak dan berkembang secara pasif. Inisiasi,
aktivitas, dan kreativitasnya tersendat (terhambat) bahkan bisa saja siswa
dapat kehilangan itu semua.
Metode
pembelajaran inovatif juga diharapkan mampu menangani masalah kesenjangan
kemampuan dan pengetahuan siswa. Yang selama ini terjadi adalah seluruh siswa diberikan
perlakuan yang sama (dalam konteks proses perkembangan kemampuan kognitif,
afektif, dan psikomotoriknya). Bahkan, terjadi pula, banyak siswa yang
berkemampuan tinggi harus ‘terpaksa’ menunggu yang lain untuk melakukan
pembelajaran selanjutnya. Sedangkan, siswa yang berkemampuan terbatas ‘dipaksa’
harus mengatrol kemampuannya, bahkan paksaan itu bisa jadi sampai target
melebihi ambang batas kemampuan. Dalam hal ini, maka perlu adanya pengembangan
dan improvisasi LKS dalam berbagai standar untuk berbagai siswa dalam waktu
yang sama.
No comments:
Post a Comment