Thursday, March 14, 2013

Refleksi Elegi Kuda Lumping Bangsaku



Sandiwara Kuda Lumping Bangsa Indonesia



Mengamati keadaan negeri yang sedang terombang-ambing dinamika arus gloalisasi sungguh begitu memilukan. Banyak hal yang membingungkan dengan apa alasan sesungguhnya bangsa ini menjadi seperti ini. Ibarat kuda lumping yang kesurupan, banyak penonton yang hanya sekedar menikmati hiruk-pikuk hiburan ini, namun tak dapat menjelaskan bagaimana kuda lumping itu bisa menjadi kesurupan. Banyak warga masyarakat yang terbawa arus modernisasi tanpa memiliki pengetahuan akan segala apa yang sedang diikutinya. Hanya sebatas terbawa arus. Life style yang kebarat-baratan merupakan kebanggan. Padahal, dia tidak sedikit pun mengerti akan ideology bangsa yang sesungguhnya harus dijadikan pegangan dalam kehidupan. Banyak pembuat kebijakan yang megeluarkan kebijakan tanpa disadari bahwa banyak rakyat yang tak mengerti tentang kebijakan-kebijakanya itu. Sehingga implementasinya di masyarakat kurang berjalan sesuai dengan rencana dan tidak tepat sasaran. Kebijakan hanya sebatas kebijakan. Lebih mengenaskan lagi dalam dunia adil dan tidak adil (dunia hukum). Banyak hal yang tidak mampu dijelaskan dan dimengerti mengapa keputusan hukum seperti ini dan seperti itu. Yang tidak punya kuasa, jika bersalah tuntutan berat telah mengahadang. Kehidupan menjadi semakin berat. Yang punya kuasa, jika bersalah tenang-tenang saja. Hidup tetap seindah bunga sakura yang sedang mekar di negaranya sana. Bahkan, bisa jadi lebih indah. Semuanya serba membingungkan.

Dalam dunia pendidikan, peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah esensi penting sebagai hasil proses pembelajaran. Sebagai sebuah proses, tentunya pembelajaran memerlukan waktu dalam pencapaian tujuannya. Proses bukan sesuatu yang instant.  Namun, kini masyarakat senang sekali dengan budaya kecerdasan instant. Hanya berharap pada hasil yang baik dalam setiap ujian. Sehingga, melupakan pemahaman akan hakikat proses belajar. Alhasil, bangsa Indonesia lebih suka menjadi penonton daripada pemain, penikmat daripada kerja keras untuk menikmati, membeli daripada membuat, dan menjadi boneka daripada menjadi dalangnya. Padahal, melalui pendidikan yang benar sesungguhnya segala aspek kehidupan berbangsa yang membingungkan ini dapat diobati dan diselesaikan permasalahannya.

No comments:

Post a Comment