Tuesday, December 25, 2012

BELAJAR DARI JEPANG, MELALUI GURU UNTUK INDONESIA




Telah sering kita mendengar kisah kekalahan Jepang pada Perang Dunia II. Little Boy dan Fat Man mungkin bisa dijadikan penyebab akhir kisah Jepang pada perang ini. Namun, kedua bom atom tersebut juga dapat dijadikan awal pembuktian kepada dunia bahwa Jepang merupakan negara yang memiliki sikap mental baja, pantang menyerah, dan luar biasa. Sebagian besar rakyat Jepang menjadi korban perang. Banyak penduduk yang mati, luka berat ataupun ringan, dan terkena radiasi bom yang mahadahsyat itu. Kalau itu bukan Jepang, maka penduduk yang tersisa mungkin memilih mati daripada hidup menderita tanpa keluarga dan materi. Beruntung mereka memiliki seorang Kaisar Hirohito yang saat itu menjadi kepala negaranya. Langkah awal yang dilakukan Kaisar adalah mengumpulkan guru-guru seantero Jepang untuk diajak berdiskusi mengenai masa depan bangsanya. Dia menyadari bahwa negerinya telah hancur namun dia percaya akan membangun kembali negeri yang dipimpinnya itu dari nol. Melalui guru-guruya Jepang mampu bangkit. Melalaui pembenahan sistem pendidikannya Jepang mampu menjadi penguasa dunia, bangsa yang luar biasa hebat melebihi kemampuannya sebelum jatuhnya Little Boy dan Fat Man.
Negara Kesatuan Republik Indonesia juga memiliki sesuatu yang patut dibanggakan. Hutan, sawah, gunung, lautan merupakan fasilitas yang begitu luar biasa yang dimiliki oleh Indonesia. Terbentang dari Kota Sabang sampai Kota Merauke, Negara ini dihuni oleh berjuta-juta penduduk yang bergelar menjadi Warga Negara Indonesia. Sungguh luar biasa negeri ini, bila sumber daya manusianya mampu memaksimalakan segala potensi yang ada pada dirinya dan potensi alam yang ada di sekitarnya. Namun, sungguh sia-sia segala hal yang ada di sini bila rakyat tak mau bergerak akan tetapi malah merusak segalanya tentang Indonesia. Seorang manusia tidak akan dibebani dengan cobaan melainkan sesuai kesanggupannya. Tuhan telah memberikan bangsa ini sesuatu yang istimewa. Hal tersebut dikarenakan Tuhan percaya bahwa kita mampu mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam dan memaksimalkan potensi sumber daya manusia yang ada. Jika hal tersebut terjadi maka Indonesia akan benar-benar merdeka, berdikari, dan mandiri. Karena Indonesia memiliki segalanya dan pada suatu saat akan tiba sebuah masa di mana tanpa Indonesia, dunia tidak ada.
Perbandingan jumlah penduduk Jepang dengan Indonesia sangat jauh sekali selisihnya. Perbandingan luas wilayah Jepang dengan luas wilayah bangsa Indonesia tidak ada apa-apanya. Namun, realitasnya Jepang lebih mampu menjadi macan Asia dengan sedikit modal yang dimilikinya. Tidak ada salahnya bila bangsa ini belajar dari negeri yang pernah menggoreskan luka dalam sanubari sejarahnya. Ilmu dapat diperoleh dari siapa pun dan dari apa pun. Ilmu dapat diperoleh dari seekor semut, dari sebatang tumbuhan, dari seorang musuh, seorang teman, dan dari seorang anak kecil sekalipun. Belajar adalah proses pendewassaan seseorang yang membuat orang tidak tahu menjadi tahu dan orang yang tidak bisa menjadi bisa. Belajar bisa dilakukan di mana saja. Untuk membangkitkan Negeri ini mari kita bersama-sama belajar. Untuk membenahi segalanya tentang Indonesia, mari kita mulai dari sistem pendidikan melalui pahlawan-pahlawan tanpa tanda jasanya.
Trending topic yang menghiasi halaman-halaman depan media-media cetak akhir-akhir ini adalah tentang rencana dihapusnya mata pelajaran IPA dan IPS di tingkat sekolah dasar. Latar belakang kebijakan tersebut adalah banyak yang menyadari bahwa Bangsa Indonesia sedang mengalami demoralisasi di berbagai bidang kehidupan. Kasus-kasus korupsi seperti tak dapat dibendung arusnya. Koruptor-koruptor itu bagaikan bom Little Boy dan Fat Man yang menghancurkan Bangsa Indonesia dan menjadikan rakyat sebagai korbannya. Jika setelah dijatuhi bom, peran guru di Jepang sangat berpengaruh besar untuk membangkitkan negerinya, maka begitu pula Bangsa Indonesia, peran guru juga sangat menentukan dalam menghentikan mata rantai demoralisasi yang sedang menggerogoti jiwa bangsanya. Untuk menghentikan arus demoralisasi para peserta didik yang hakikatnya merupakan penerus estafet perjuangan bangsa, maka seorang guru memiliki tanggung jawab untuk membentuk karakter siswa-siswanya agar mereka menjadi manusia yang bermoral dan berbudi pekerti.
Sistem Pendidikan Negara Indonesia telah mewajibkan penduduknya untuk mengenyam pendidikan dengan program wajib belajar selama 9 tahun. Pada tahun 2013 direncanakan akan adanya amandemen pada peraturan tersebut. Wajib belajar 9 tahun akan menjadi program wajib belajar 12 tahun. Program wajib belajar dimulai dari pendidikan sekolah dasar. Sehingga pendidikan sekolah dasar merupakan tempat yang tepat untuk memulai pembentukan karakter seorang peserta didik. Pendidikan sekolah dasar bagaikan akar yang menopang sebuah pohon. Karena dari akar, nantinya akan berdiri tegak sebuah pohon yang besar. Jika akarnya rapuh, pohonnya akan jatuh.
Dosen Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Bapak Bambang Saptono mengatakan bahwa pembentukan karakter seorang siswa berbanding terbalik dengan ilmu yang didapatnya. Pada tingkat sekolah dasar, ilmu yang didapat seorang siswa masih sedikit namun tempat untuk pembentukan karakter siswa tersedia sangat luas. Beranjak pada tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah menegah atas, ilmu yang didapat seorang siswa meningkat namun tempat pembentukan karakter peserta didik telah berkurang. Hal ini disebabkan karena mereka telah memiliki kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang dan telah menjadi sebuah karakter diri yang sulit untuk diubah dan ditambah. Terlebih lagi pada peserta didik tingkat perguruan tinggi, ilmu yang mereka dapat sudah sangat banyak dan wawasan mereka sangat luas, namun hampir tidak ada tempat yang tersisa untuk pembentukan karakter. Hal tersebut dikarenakan mereka telah menemukan jati dirinya, telah memiliki sifat dan karakter yang sangat sulit untuk diperbaiki karena sifat tersebut sudah mengendap dalam dirinya selama bertahun-tahun lamanya.
Oleh karena itu, tingkat sekolah dasar adalah waktu yang tepat untuk menanamkan segala hal tentang pendidikan karakter bagi peserta didik yang nantinya akan berguna bagi Indonesia di masa depan. Inilah besarnya peran seorang guru sekolah dasar yang bertanggung jawab mengelola dan membentuk karakter investasi masa depan Bangsa Indonesia. Di tangan guru sekolah dasar sebuah biji yang akan menjadi akar akan ditanam. Apakah berdiri tegak atau jatuh ke tanah pohon besar nantinya, itu tergantung seberapa kuat akarnya dan perawatan di masa depannya.
Dampak Little Boy  dan  Fat Man dapat diatasi seorang guru. Begitu pula dengan dampak demoralisasi Bangsa Indonesia. Guru sekolah dasar akan menjadi tumpuan kebangkitan bangsa Indonesia melalui komitmen dan pengabdian yang tinggi terhadap amanah yang diembannya serta tuntutan profesionalisme pada dirinya.

No comments:

Post a Comment