Telah
sering kita mendengar kisah kekalahan Jepang pada Perang Dunia II. Little Boy dan Fat Man mungkin bisa dijadikan penyebab akhir kisah Jepang pada
perang ini. Namun, kedua bom atom tersebut juga dapat dijadikan awal pembuktian
kepada dunia bahwa Jepang merupakan negara yang memiliki sikap mental baja,
pantang menyerah, dan luar biasa. Sebagian besar rakyat Jepang menjadi korban
perang. Banyak penduduk yang mati, luka berat ataupun ringan, dan terkena
radiasi bom yang mahadahsyat itu. Kalau itu bukan Jepang, maka penduduk yang
tersisa mungkin memilih mati daripada hidup menderita tanpa keluarga dan
materi. Beruntung mereka memiliki seorang Kaisar Hirohito yang saat itu menjadi
kepala negaranya. Langkah awal yang dilakukan Kaisar adalah mengumpulkan
guru-guru seantero Jepang untuk diajak berdiskusi mengenai masa depan
bangsanya. Dia menyadari bahwa negerinya telah hancur namun dia percaya akan
membangun kembali negeri yang dipimpinnya itu dari nol. Melalui guru-guruya
Jepang mampu bangkit. Melalaui pembenahan sistem pendidikannya Jepang mampu
menjadi penguasa dunia, bangsa yang luar biasa hebat melebihi kemampuannya
sebelum jatuhnya Little Boy dan Fat Man.
Negara
Kesatuan Republik Indonesia juga memiliki sesuatu yang patut dibanggakan. Hutan,
sawah, gunung, lautan merupakan fasilitas yang begitu luar biasa yang dimiliki
oleh Indonesia. Terbentang dari Kota Sabang sampai Kota Merauke, Negara ini
dihuni oleh berjuta-juta penduduk yang bergelar menjadi Warga Negara Indonesia.
Sungguh luar biasa negeri ini, bila sumber daya manusianya mampu memaksimalakan
segala potensi yang ada pada dirinya dan potensi alam yang ada di sekitarnya.
Namun, sungguh sia-sia segala hal yang ada di sini bila rakyat tak mau bergerak
akan tetapi malah merusak segalanya tentang Indonesia. Seorang manusia tidak
akan dibebani dengan cobaan melainkan sesuai kesanggupannya. Tuhan telah
memberikan bangsa ini sesuatu yang istimewa. Hal tersebut dikarenakan Tuhan
percaya bahwa kita mampu mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam dan
memaksimalkan potensi sumber daya manusia yang ada. Jika hal tersebut terjadi
maka Indonesia akan benar-benar merdeka, berdikari, dan mandiri. Karena
Indonesia memiliki segalanya dan pada suatu saat akan tiba sebuah masa di mana
tanpa Indonesia, dunia tidak ada.
Perbandingan
jumlah penduduk Jepang dengan Indonesia sangat jauh sekali selisihnya.
Perbandingan luas wilayah Jepang dengan luas wilayah bangsa Indonesia tidak ada
apa-apanya. Namun, realitasnya Jepang lebih mampu menjadi macan Asia dengan
sedikit modal yang dimilikinya. Tidak ada salahnya bila bangsa ini belajar dari
negeri yang pernah menggoreskan luka dalam sanubari sejarahnya. Ilmu dapat
diperoleh dari siapa pun dan dari apa pun. Ilmu dapat diperoleh dari seekor semut,
dari sebatang tumbuhan, dari seorang musuh, seorang teman, dan dari seorang
anak kecil sekalipun. Belajar adalah proses pendewassaan seseorang yang membuat
orang tidak tahu menjadi tahu dan orang yang tidak bisa menjadi bisa. Belajar
bisa dilakukan di mana saja. Untuk membangkitkan Negeri ini mari kita
bersama-sama belajar. Untuk membenahi segalanya tentang Indonesia, mari kita
mulai dari sistem pendidikan melalui pahlawan-pahlawan tanpa tanda jasanya.
Trending topic yang
menghiasi halaman-halaman depan media-media cetak akhir-akhir ini adalah
tentang rencana dihapusnya mata pelajaran IPA dan IPS di tingkat sekolah dasar.
Latar belakang kebijakan tersebut adalah banyak yang menyadari bahwa Bangsa
Indonesia sedang mengalami demoralisasi di berbagai bidang kehidupan.
Kasus-kasus korupsi seperti tak dapat dibendung arusnya. Koruptor-koruptor itu
bagaikan bom Little Boy dan Fat Man yang menghancurkan Bangsa
Indonesia dan menjadikan rakyat sebagai korbannya. Jika setelah dijatuhi bom,
peran guru di Jepang sangat berpengaruh besar untuk membangkitkan negerinya,
maka begitu pula Bangsa Indonesia, peran guru juga sangat menentukan dalam
menghentikan mata rantai demoralisasi yang sedang menggerogoti jiwa bangsanya.
Untuk menghentikan arus demoralisasi para peserta didik yang hakikatnya
merupakan penerus estafet perjuangan bangsa, maka seorang guru memiliki tanggung
jawab untuk membentuk karakter siswa-siswanya agar mereka menjadi manusia yang
bermoral dan berbudi pekerti.
Sistem
Pendidikan Negara Indonesia telah mewajibkan penduduknya untuk mengenyam
pendidikan dengan program wajib belajar selama 9 tahun. Pada tahun 2013
direncanakan akan adanya amandemen pada peraturan tersebut. Wajib belajar 9
tahun akan menjadi program wajib belajar 12 tahun. Program wajib belajar
dimulai dari pendidikan sekolah dasar. Sehingga pendidikan sekolah dasar
merupakan tempat yang tepat untuk memulai pembentukan karakter seorang peserta
didik. Pendidikan sekolah dasar bagaikan akar yang menopang sebuah pohon.
Karena dari akar, nantinya akan berdiri tegak sebuah pohon yang besar. Jika
akarnya rapuh, pohonnya akan jatuh.
Dosen
Mata Kuliah Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Bapak Bambang Saptono
mengatakan bahwa pembentukan karakter seorang siswa berbanding terbalik dengan ilmu
yang didapatnya. Pada tingkat sekolah dasar, ilmu yang didapat seorang siswa
masih sedikit namun tempat untuk pembentukan karakter siswa tersedia sangat
luas. Beranjak pada tingkat sekolah menengah pertama dan sekolah menegah atas,
ilmu yang didapat seorang siswa meningkat namun tempat pembentukan karakter
peserta didik telah berkurang. Hal ini disebabkan karena mereka telah memiliki kebiasaan
yang dilakukan berulang-ulang dan telah menjadi sebuah karakter diri yang sulit
untuk diubah dan ditambah. Terlebih lagi pada peserta didik tingkat perguruan
tinggi, ilmu yang mereka dapat sudah sangat banyak dan wawasan mereka sangat
luas, namun hampir tidak ada tempat yang tersisa untuk pembentukan karakter.
Hal tersebut dikarenakan mereka telah menemukan jati dirinya, telah memiliki sifat
dan karakter yang sangat sulit untuk diperbaiki karena sifat tersebut sudah
mengendap dalam dirinya selama bertahun-tahun lamanya.
Oleh
karena itu, tingkat sekolah dasar adalah waktu yang tepat untuk menanamkan
segala hal tentang pendidikan karakter bagi peserta didik yang nantinya akan
berguna bagi Indonesia di masa depan. Inilah besarnya peran seorang guru
sekolah dasar yang bertanggung jawab mengelola dan membentuk karakter investasi
masa depan Bangsa Indonesia. Di tangan guru sekolah dasar sebuah biji yang akan
menjadi akar akan ditanam. Apakah berdiri tegak atau jatuh ke tanah pohon besar
nantinya, itu tergantung seberapa kuat akarnya dan perawatan di masa depannya.
Dampak
Little Boy dan Fat Man dapat diatasi seorang guru. Begitu
pula dengan dampak demoralisasi Bangsa Indonesia. Guru sekolah dasar akan
menjadi tumpuan kebangkitan bangsa Indonesia melalui komitmen dan pengabdian
yang tinggi terhadap amanah yang diembannya serta tuntutan profesionalisme pada
dirinya.
No comments:
Post a Comment