Monday, May 27, 2013

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 15: Melawan Hawa Nafsu

                Point pembuka dalam elegi ini adalah menjelaskan bahwasanya pendidikan itu berlangsung seumur hidup. Dari awal kelahiran hingga manusia berada di ujung kematian. Dalam seluruh proses kehidupan tersebut, dibutuhkan proses pembelajaran dan pendewasaan diri agar manusia dapat berilmu dan memanfaatkan ilmunya untuk kehidupannya sendiri dan dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan sesama. Tidak ada kata jemu untuk menuntut ilmu. Meskipun telah menjadi seorang guru sekalipun menimba ilmu adalah begitu penting untuknya.

                Sedangkan point utama dalam elegi ini adalah mengenai hawa nafs yang dimiliki oleh manusia. Salah satu yang membedakan manusia dengan malaikat adalah manusia dianugerahi hawa nafsu oleh Sang Maha Pencipta. Ada nafsu baik dan ada pula nafsu buruk. Nafsu yang dijelaskan dalam elegi adalah yang nafsu buruk. Karena sebagian manusia akan terlena dengan permainan nafsu buruk ini dengan mudahnya. Penjelasan yang sangat bermanfaat yang saya dapatkan adalah melalui penjelasan berikut “Hawa Nafsu itu meliputi keinginan-keinginan diri seseorang. Setiap manusia mempunyai potensi untuk mencapai keinginan-keinginan. Banyak keingainan manusia meiputi keinginan naluriah, keinginan jasmani, keinginan sekusualitas, keinginan memiliki, keinginan cinta, keinginan keindahan, keinginan pikir, keinginan hati, keinginan intrinsik, keinginan ekstrinsik, keinginan sistemik, keinginan motivatif, keinginan, harga diri, keinginan lahir, keinginan bathin, keinginan aktualisasi diri, keinginan penghargaan, keinginan diri, keinginan keluarga, keinginan kelompok, keinginann langsung, keinginan tak langsung, keinginan bawah sadar, keinginan sadar, keinginan tahta, keinginan kuasa, keinginan harta, keinginan baik, keinginan buruk, keinginan doa, keinginan ikhlas, keinginan senang, keinginan makan-minum, keinginan diperhatikan, keinginan diistimewakan, keinginan dicintai, keinginan memberi, keinginan dianggap penting, dsb

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 16: Menggapai Hamba Bersahaja



Semua manusia di mata Allah adalah sama. Yang membedakan adalah amalannya. Segala yand kita peroleh dan miliki di dunia ini hanyalah perhiasan dunia saja. Misalnya materi atau uang, pangkat, kecantikan, dan lainnya. Semua itu adalah mahkota sementara yang ada di dunia. Namun, terkadang begitu sulit untuk memaknai kehidupan dunia yang smentara ini dan menyadari bahwa kehidupan yang kekal hanyalah di akhirat kelak. Dan selebihnya, hanya karena ridha Allah kita mampu selamat di dunia dan di akhirat. Akan banyak aral rintangan dalam setiap langkah kehidupan kita. Salah satu faktor penghambat kesuksesan dunia dan akhirat adalah nafsu yang dimiliki oleh manusia. Yang di dalamnya terdapat nafsu yang bai dan nafsu yang tidak baik. Sepandai-pandainya manusia adalah manusia yang mampu melawan hawa nafsunya sendiri. Dialah yang disebut pemenang.
Ada sebuah dialog antara kehidupan dan kematian yang erat kaitannya dengan nafsu yang baik dan yang buruk sebagai bekal hari akhir kelak. Pada suatu hari "Kematian" dan "Kehidupan" bertemu satu sama lain, lantas mereka berbincang.
Kematian : "Kenapa orang2 itu menyukai kamu, tapi mereka amat membenci aku?"
Kehidupan (menjawab sambil tersenyum) : "Orang-orang menyukaiku karena aku adalah 'dusta yang indah', sedangkan mereka membencimu karena kamu adalah 'kebenaran yang menyakitkan'."
Itulah kehidupan. Segal yang baik kadang terasa berat untuk dilakukan. Begitu juga sebaliknya. Segala yang buruk sangat mudah untuk dilakukan. Dan dalam setiap langklah kehidupan kita harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Sunday, May 26, 2013

Refleksi elegi seorang guru menggapai batas


           
 Amanah dan tanggung jawab mulia diemban oleh seorang guru. Guru merupakan fasilitator pembelajaran untuk siswa, para generasi penerus bangsa. Buah hasil dari baiknya proses pembelajaran akan begitu menentukan nasib sang siswa pada khususnya dan untuk bangsa pada umumnya. Oleh karenanya, sebagai calon guru atau pun yang telah menjadi seorang guru perlulah mereka untuk senantiasa belajar dan mengevaluasi diri. Jangan sampai kuanya motivasi seorang guru akan melemahkan inisiatif siswa. Jangan sampai peran bimbingan yang guru lakukan membuat siswa tergantung dan tidak berdaya. Jangan sampai perang pengawasan seorang guru  peran bimbingan yang guru lakukan membuat siswa tergantung dan tidak berdaya. Jangan sampai perang pengawasan seorang guru menjadikan siswa merasa menjadi makhluk yang memang selalu perlu diawasi dan dengan demikian identik dengan sifat-sifat keburukan. Jangan sampai maksud hati membekali namun menjadikan nurani guru menjadi sombong dan takabur. Jangan sampai maksud hati menasihati malah memunculkan ambisi dan ego yang besar sehingga menyebabkan siswa belajar dengan tidak bergairah. Jangan sampai kewajiban yang guru haruskan sebagai pertanda hilangnya nurani guru sekaligus nurani siswa. Jangan sampai hukuman akan menyebabkan sempitnya ruang gerak guru dan siswa. Jangan sampai maksud hati demi kepentingan siswa  namun kenyataannya hampa tak bermakna dan bahkan menyesatkan. Batas antara kebaikan dan bukan kebaikan adalah begitu tipis adanya. Oleh karenanya, senantiasa belajar dan belajar akan memperjelas batas tersebut.  

Refleksi elegi Menggapai matematika yang tidak tunggal




Kemampuan berpikir khusunya matematis siswa tingkat SD, SMP, dan SMA berbeda dengan kemampuan berpikir matematis seorang mahasiswa perguruan tinggi. Pada seorang siswa, mereka sedang dalam tahap merangkak ke atas. Sedangkan pada mahasiswa, mereka telah berada di atas. Sehingga, bila hakikat matematika dan pembelajaran matematika yang dipergunakan adalah sama, maka hal tersebut sejatinya tidak dapat disamakan. Karena jenjangnya saja berbeda. Oleh karena adanya perbedaan pola pikir, maka muncullah tahapan tahapan pendidikan yang berjenjang-jenjang. Ketika seorang guru yang merupakan sarjana lulusan ilmu matematika mengajar siswa-siswa sekolah, khususnya sekolah dasar langsung menggunakan ilmu murni yang mereka dapatkan ketika berada di perguruan tinggi, maka di sinilah yang menjadi sumber masalah pendidikan khusunya pendidikan matematika untuk siswa sekolah. 

Saturday, May 25, 2013

Refleksi Elegi Menggapai Nilai Diri


                   


    Manusia memang dibekali dengan potensi akal dan pikiran oleh Sang Maha Pencipta, Allah SWT. Sehingga wajar adanya bilamana peradaban manusia sekarang ini telah berkembang secara pesat disebabkan oleh penggunaan potensi akal dan pikiran manusia secara maksimal. Memang pandai, cerdas, atau pintar itu relatif. Dan di atas orang pandai, cerdas, atau pintar masih terdapat orang yang lebih pandai, cerdas, atau pintar. Seperti ungkapan yang menyatakan bahwa di atas langit masih terdapat langit. Sehingga, kesombongan manusia yang menganggap dirinya adalah makhluk paling tinggi derajatnya di atas manusi lain, misalnya dalam hal kecerdasan bukanlah suatu sifat yang terpuji. Padahal, sesungguhnya kecerdasan dan segala potensi yang dimiliki manusia merupakan titipan Allah SWT. Dan sebenar-benarnya makhluk manusia yang paling sempurna di dunia ini adalah Nabi Muhammad SAW, Rasul pembawa rahmat seluruh alam.

            Di sisi lain, setiap manusia memiliki potensi perkembangan akal dan pikirannya masing-masing. Dan bila itu dimaksimalkan penggunaannya, akan menghasilkan sebuah keunikan tersendiri bagi manusia tersebut. Dan keunikan tersebut lah yang mampu membedakan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Akan tetapi, sikap patuh dan taat tanpa kesombongan lebih baik adanya bagi seorang hamba yang mengaku beriman kepada Rabb nya. 

Refleksi Elegi Silaturahim Matematika


           

 Banyak ilmuwan matematika yang membawa ilmunya masing-masing menurut kemampuan berpikirnya dan sampai kini beragam cabang ilmu matematika itu masih terus dipelajari dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui elegi ini dapat dilihat bahwasanya matematika itu beragam dan bercabang. Setiap cabangnya memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Sehingga, untuk mempelajari matematika secara utuh maka kita harus mempelajari matematika secara pasrsial terlebih dahulu. Kemudian ilmu-ilmu yang kita dapatkan dari pembelajaran tersebut, sebisa mungkin diakumulasikan dalam sebuah pemikiran yang dapat menyatakan hubungan-hubunbgan antara matematika yang satu dengan matematika yang yang lain. Oleh karenanya, pembelajaran matematika tidak dapat dilakukan secara instant namun memerlukan proses pembelajaran yang panjang. Belajar sekali selesai atau menggunakan trik-trik khusus untuk mengerjakan soal matematika bukanlah karakteristik ilmu matematika. Apalagi belajar dengan pola kebut semalam hanya akan menghasilkan pemahaman matematika yang dangkal.. 

Refleksi Elegi Bagaimana Matematikawan Dapat Mengusir Syaitan?


           

 Ternyata matematika itu begitu dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari. Matematika itu kontekstual. Dan terdapat hal-hal dalam kehidupan ini dapat dilihat dan dianalisis melalui ilmu matematika. Matematika tidaklah sejauh dari apa yang dibayangkan. Sehingga seolah menyebabkan matematika itu terasa begitu sulit. Namun, untuk memahami ilmu matematika haruslah dilakukan dengan tekun dan melalui tahapan proses pembelajaran yang berkelanjutan. Belajar matematika tidaklah etis bila dilakukan dengan sistem kebut semalam. Karena matematika itu proses bukan suatu hal yang instant.

            Elegi ini juga menggambarkan sebuah daya tahan atau keteguhan hati yang begitu kuatnya. Meskipun banyak aralrintang dan gangguan-gangguan dalam proses pencapaian suatu tujuan, namun bila ada daya tahan dan keteguhan hati insya Allah segala aral tersebut akan hilang. Dan manusia diberikan kemampuan untuk menggunakan akal dan pikirannya agar dapat bertahan dalam sebuah keteguhan hati. 

Refleksi Elegi Menonton Pakar Pendidikan Bingung


         

  Kebijakan Ujian Nasional memang membawa beragam implikasi bagi dunia pendidikan. Misalnya saja dalam proses pembelajaran di sekolahan, khusunya kelas akhir (kelas 6 SD, kelas 3 SMP, dan kelas 3 SMA). Pada jenjang kelas akhir di setiap tingkatannya ini, para guru atau pihak sekolahan akan lebih memfokuskan siswa-siswanya untuk menguasai soal-soal sejenis yang hanya keluar di tes ujian nasional saja. Pwelajaran yang lain akan dikesampingkan. Bahkan, pelajaran yang di-unas-kan sekalipun hanya akan dipelajari sebagian materinya sesuai dengan kisi-kisi ujian nasional. Trik-trik khusus dan cepat akan bermunculan dengan alasan efisien waktu dalam mengejarkan soal-soal unas. Sehingga, akan mendorong tumbuh kembangnya lembaga-lembaga bimbingan belajar yang menyediakan fasilitas trik-trik khusus dan cepat untuk mengerjakan soal dengan kilat. Dan tentunya biaya untuk jasa bimbingan belajar ini juga tidak murah. Bahkan, sebagian bimbel menyediakan kelas khusus yang biayanya jauh lebih mahal dibandingkan dengan kelas reguler biasa. Di sana mereka akan tetap diajari trik-trik khusus untuk mengerjakansoal ujian dengan cepat dan kilat. Bahkan, terkadang cara-ara yang tidak rasional dengan menggambling jawaban soal juga diajarkan. Di sinilah hakikat proses pembelajaran semakin hilang dan memudar. Orientasi ujian nasional mengesampingkan proses belajar dan mengajar. Bahkan, sejak akhir semester ganjil di tingkat akhir, para siswa sudah memulai tutup buku pelajaran lain selain yang di-unas-kan. Sungguh ironi memang. 

Refleksi Elegi Mengeledhek Kaum Tribal Dengan Sebotol Sofdrink Kosong



Kisah ini seperti kisah dalam film THE GODS MUST BE CRAZY. Film ini menceritakan sebuah botol coca-cola yang dibuang begitu saja dari pesawat di atas daratan Serengeti, Afrika. Kemudian seorang primitif menemukan botol itu dan memberi tahu ke sesama sukunya . mula-mula naggota suku primitif yang hidup damai ini bergiliran mengagumi produk peradaban yang sama sekali asing bagi mereka. Lambat laun, mereka menemukan kegunaan alat ini mulai untuk menggali tanah hingga dipergunakan utuk memasak. Tidak lama kemudian, mereka mulai memperebutkan si botol. Padahal, mereka belum pernah berkelahi untuk memperebutkan barang sekecil apa pun. Lalu akhirnya sang ketua suku memutuskan untuk membuang benda yang dianggap benda setan tersebut. Perjalanan ketuasuku untuk membuang botol ke ujung dunia inilah yang menginspirasi kisah umat manusia dan inovasinya. Kisah ini juga diungkap kembali dalam sebuah buku yang berjudul Bukan Muslim Sembarangan.

Refleksi Elegi Seminar Sehari Di Sarang Lebah



Elegi ini merupakan elegi lanjutan dari Elegi Sang Begawat Menggoda Sarang Lebah. Ketika Sang begawat telah memperoleh kesempatan untuk mempengaruhi komponen sistem sarang lebah agar melakukan sebuah perubahan, maka sang begawat menggunakan kesempatan itu sebaik-baiknya. Untuk membuka hati para komponen sistem sarang lebah maka begawat memaparkan beberapa hal dalam kaitannya dengan perubahan sistem sarang lebah. Diantaranya adalah sebagai berikut. Dalam setiap tindakan kita di kehidupan dunia ini seyogyanya harus dilandasi dengan niatan hati yang tulus dan ikhlas sehingga implementasi tindakan akan berada pada koridor yang benar dan akan bermanfaat bagi kemaslahatan bersama. Kemudian,  setelah memperbaiki niat agar tetap terjaga kesucian tindakan maka kita harus mampu mengenal diri sendiri dan lingkungan di sekitar diri. Hal ini dapat kita peroleh dari usaha belajar yang berkelanjutan dan terus-menerus, membaca, menulis, dan mencari ilmu pengetahuan di mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja. Kembangkan sikap kritis dan terbuka. Menghidupkan komunikasi dalam setiap kesempatan adalah baik adanya. Namun, tetaplah menjaga kesucian hati dari berbagai penyakit hati, misalnya saja kesombongan dan aroganisme. Selain itu, mencari-cari kesempatan untuk mengembangkan ketrampilan merupakan modal yang baik dalam memberdayakan ketrampilan. Dan yang terakhir adalah iringi setiap langkahmu dengan doa.
Pesan terakhir kepada komponen sistem lebah adalah “engkau harus pergi jauh dari sarangmu agar engkau memperoleh pengetahuan dan pengalaman yang banyak. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Imam Syafii sebagai berikut. ” Bagi orang yang berakal dan berpendidikan, tidak ada enaknya berdiam diri. Tinggalkan kampung halaman! Merantaulah! Lakukan Perjalanan! Aka nada pengganti dari orang yang kau tinggalkan. Bekerja keraslah! Sebab, nikmatnya hidup ada dalam kerja keras. Kulihat air yang menggenang akan berubah keruh. Jika air mengalir, ia tetap segar. Jika menggenang, ia akan tercemar. Jika seekor singa tidak meninggalkan wilayahnya, ia tidak akan berburu. Jika anak panah tidak terlepas dari busur, ia tidak akan mengenai sasaran. Jika matahari selalu mengawang di angkasa, semua penghuni bumi akan bosan. Jika bulan tidak terbenam, orang-orang pada setiap masa tentu tidak akan melihatnya. Ditempat asalnya, biji emas seperti  tanah yang terbuang. Ditempat asalnya, kayu gaharu hanyalah jenis kayu bakar. Jika biji emas telah berpindah, ia akan menjadi mahal.. Jika kayu gaharu berpindah, ia akan berharga seperti emas”. 

Refleksi Elegi Sang Matadara Berusaha Menaklukan Raja-Raja Lokal Dunia Selatan


            

Beragam isu, peristiwa, atau sebuah kebijakan yang ada saat ini, bisa jadi merupakan sebuah isu, peristiwa, atau kebijakan yang ditumpangi oleh beragam kepentingan-kepentingan tertentu. Bagaikan tentara NICA yang membonceng tentara Inggris ketika datang ke indonesia. Tidak jaug beda dengan para oknum yang sedang melakukan demonstrasi atas sebuah kebijakan yang dimotori oleh kepentingan sekelompong tetinggi lainnya. Tiak dipungkiri lagi bahwa adanya kebijakan di atas kepentingan yang sedang menggerogoti  sistem kehidupan berbangsa dan bernegara ini. Oknum-oknum pemakai kebijakan sebagai kendaraan kepentingannya mungkin telah tidak memiliki hati nurani lagi. Karena mereka dengan sadarnya membelokkan niat dan membanting setir kebijakan hanya untuk kepentingan mereka masing-masing. Mereka telah mengesampingkan kepentingan dan suara rakyat. Padahal, amanah dan tanggung jawab mulia telah terpikul di pundaknya. Masalah konkret yang akhir-akhir ini muncul tentang mengedepankan kepentingan kelompok dibandingkan kesejahteraan rakyatnya adalah seluk-beluk masalah korupsi yang menimpa para tetinggi. Virus kepentingan pribadi inilah yang menggerogoti kesejahteraan bangsa dari dalam sistem bangsa Indonesia sendiri. Padahal, bisa jadi mereka yang melakukan tindakan tidak terpuji tersebut juga sedang diboncengi sebuah kepentingan yang lebih besar dari pada dirinya, yang dalam elegi ini kita menyebutnya sebagai POWERNOW..

Refleksi Elegi Sang Bagawat Menggoda Sarang Lebah


           

 Kerajaan lebah menggambarkan sesuatu yang tertutup, angkuh, anti pembaharuan, mematenkan eksploitasi, bersifat dominan, bersifat arogan, mengandalkan kekuasaan, komunikasi searah, tidak menghargai tamu, tidak menghargai ide yang lain, mencuri kebaikan orang lain, bersifat penjilat, menekan bawahan, menutup telinga dan bisikan baik, bersifat eksklusif, dan protektif.. Mereka-mereka yang terkungkung pada sifat dan sikap tersebut bisa jadi tidak menyadari akan segala kekurangannya. Karena mereka terbiasa hidup di lingkungan yang seperti itu dan tidak pernah melakukan pembandingan atau pembelajaran ke luar lingkungannya. Dalam hal ini maka diperlukan peranan agent of change. Mengubah suatu sistem memang sulit untuk dilakukan. Namun, adanya upaya sadar untuk melakukan perubahan lama-kelamaan akan membuahkan suatu hasil yang sesuai dengan apa yang diinginkan.
            Begawat adalah cerminan seorang agen perubahan. Ia berusaha untuk mengubah pola pikir, sifat, dan sikap suatu sistem yang terkungkung sarang lebah. Dengan segala usahanya, akhirnya sang begawat mampu membuka mata salah satu komponen sarang lebah. Dan dengan berubahnya sebuah komponen maka perubahan sistem akan semakin dekat pada sebuah perubahan.
            Sang anak lebah yang jatuh adalah cerminan komponen sistem yang telah memperoleh pencerahan. Dan dirinya telah terbuka pengetahuan dan wawasannya yang dapat dijadikan modal dasar untuk mengubah sistem sarang lebah agar menjadi sesuatu yang tidak bersifat tertutup, tidak bersifat angkuh, tidak anti pembaharuan, tidak menganggap seolah-olah hanya mereka sendiri yang ada, tidak anti perubahan, tidak mematenkan eksploitasi, tidak bersifat dominan, tidak bersifat arogan, tidak mengandalkan kekuasaan, tidak hanya komunikasi searah, tetapi menghargai tamu, tetapi menghargai ide yang lain, tidak mencuri kebaikan orang lain, tidak bersifat penjilat, tidak menekan bawahan, tidak menutup telinga dari bisikan baik, tidak bersifat eksklusif, dan tidak protektif. Serta senantiasa mendengar suara rakyat, memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme. 

Refleksi Elegi Memahami Elegi



Melalui elegi ini akhirnya saya mendapat jawaban mengapa dulu sewaktu pertama kali saya masuk ke kelas mata kuliah Matematika SD 2 ini saya sedikit kurang dapat beradaptasi dengan proses pembelajarannya. Karena mata kuliah ini begitu berbeda dengan pembelajaran di makul lainnya. Saya sangat suka dengan pernyataan “maaf, menurut pandangan saya. Ibarat perjalanan, Anda sudah memasuki jalan-jalan dan gang sempit, sehingga sulit bagi dirimu untuk membalikkan kendaraanmu atau parkir atau balik arah dsb.”  Namun, saat ini, setelah semester ini hampir berahir, saya sudah mulai menikmati proses perkuliahan dengan Bapak Marsigit. Di sini saya mendapatkan banyak ilmu, terutama melalui refleksi di blok ini. Begitu banyak pengetahuan dan wawasan baru yang saya temukan di sini. Bahkan, saya dengan teman-teman saat ini seringkali menjadikan bahan-bahan elegi di blog ini sebagai bahan perbincangan sehari-hari. Karena hampir setiap hari kami membaca dan belajar. Lingkungan belajar yang seperti ini adalah sangat bermanfaat sekali bagi para siswa atau mahasiswa. Karena akan banyak ilmu yang diperoleh melalui pembelajaran refleksi on line ini. Sebab jam perkuliahan di kelas sesungguhnya tidak akan cukup untuk kita belajar tentang ilmu mata kuliah tertentu. Belajar bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja. Itu dibuktikan dengan adanya refleksi on line seperti ini.
Meskipun terkadang saya tidak paham tentang bacaan-bacaan yang berbau filsafat, namun seiring waktu berjalan saya dapat mengakumulasi pengetahuan filsafat dari beragam refleksi. Mata kuliah Matematika SD 2 ini merupakan sesuatu yang baru bagi saya. Dan saya berharap akan menjumpai proses pembelajaran atau perkuliahan seperti ini lagi di lain kesempatan. 

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 17 : Para Bagawat Berlomba Menjunjung Langit


         

  Suatu amanah yang diemban seseorang adalah buah dari kerja kerasnya masing-masing. Namun, terkadang suatu amanah yang begitu mulia jatuh kepada orang yang salah. Seorang lurah, camat, guru, dosen, rektor, profesor, menteri, atau pengemban amanah mulia lainnyasesungguhnya begitu besar jasa yang mereka dapat miliki. Karena semua tanggung jawab itu bergerak untuk kemaslahatan bersama. Sebaik-baiknya orang adalah yang memberikan manfaat kepada orang lain. Para pengemban amanah seperti yang tersebut di atas adalah orang-orang yang mampu memberikanmanfaat keada orang lain melalui tanggung jawab pekerjannya. dengan syarat, semua tanggung jawab itu dilakukan dengan baik, sesuai aturan, dan dalam koridor yang benar.
            Tidak lah etis bila bekerja hanya untuk mencari nama atau eksistensi diri. Sehingga kesuksesan pekerjaan ditempuh melalui jalan-jalan yang salah, jalan pintas, atau jalan keburukan. Padahal, amal jariyah melalui pelaksanaan amanah mulia sebagai seorang pemimpin atau pendidik itu sangat besar sekali kesempatan untuk diraih oleh mereka yang diberikan tanggung jawab itu. Sungguh sangat sia-sia bila sebuah pekerjaan mulia dinodai dengan langkah atau tindakan kerja yang tidak sesuai norma dan etika. 

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 18 Menggapai Hati Yang Jernih


           

 Ada 2 kemungkinan potensi hati yang manusia miliki, yakni hati yang bersih dan hati yang tidak bersih atau kotor. Hati adalah keyakinan. Dan keyakinan itu hasil dari sebenar-benarnya doa. Dalam memanjatkan doa kepada Alla SWT, maka bersamaan dengan itu akan muncul harapan agar dikabulkannya doa. Itulah keyakinan. Menggapai hati yang bersih dan jernih dapa dilakukan dengan cara memanjatkan doa kepada Sang Maha Pencipta sesuai dengan syariat-syariat Nya. Berdoa dengan penuh harap dan meyakini bahwasanya segala doa yang kita panjatkan hanyalah Allah yang dapat mengabulkannya akan membersihkan hati dari segala kotoran yang membelenggunya. Dan kotoran-kotoran itu berasal dari setan-setan terkutuk, yang senantiasa mengganggu keimanan dan kebersihan hati manusia. Oleh karenanya, memperkuat keimanan dengan segala macam upaya juga akan membantu membersihkan hati dan pikiran manusia. 

Friday, May 24, 2013

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 30: Tasyakuran Ketiga (Proyek Syurga)



Berikut ini adalah amalan-amalan yang dapat ditempuh untuk menggapai surga ilahi, diantaranya adalah sebagai berikut; memelihara waktu salat, menghadiri salat berjamaah, bertasbih setelah salat, membaca salawat untuk Nabi Muhammad beserta keluarganya, senantiasa beristighfar dan memohon ampunan Nya, selalu berzikir kepada Allah, Salat-salat sunat harian, menyambung silaturahmi terutama kepada ke dua orang tua, menyesali dosa, dan bergaul baik antara suami dan istri,tidak membongkar aib orang beriman, selalu memulai dengan salam, selalu belajar dan bertanya tentang sesuatu yang tidak diketahui, melakukan amar makruf nahi mungkar, tidak marah kecuali karena Allah, tidak menyia-nyiakan waktunya untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, melakukan salat malam, menjadi teladan dalam akhlak yang terpuji bagi sesama, menghadiri majelis zikir dan majelis husainiayah, memlihara pandangan dari apa yang diharamkan Allah, memiliki kecemburuan pada agamanya dan istrinya, bagi perempuan memakai hijab yang sempurna-tidak menampakkan selembar rambut pun dengan sengaja dan tidak berhias untuk orang lain selain suaminya, memperbanyak membaca Al Quran, terus menerus berdoa, berpartisipasi dalam kebaikan, berpartisipasi dalam acara keagamaan, menghidupkan malam-malam yang penting, membayar khumus yang diwajibkan kepadanya sehingga mensucikan hartanya, menjalankan semua kewajiban dengan penuh perhatian, kerajinan, dan kecermatan, serta tidak boleh bergunjing.
Insya Allah ridha Allah untuk kita melangkah menuju surga Nya akan tercapai bilamana kita melaksakana amalan-amalan tersebut secara kontinu dengan hati tulus dan ikhlas.

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 29: Tasyakuran Ke Dua (Proyek Syurga)



Setelah mengetahui dari elegi tasyakuran ke satu, jalan menuju surga itu diantaranya adalah memelihara waktu salat, menghadiri salat berjamaah, bertasbih setelah salat, membaca salawat untuk Nabi Muhammad beserta keluarganya, senantiasa beristighfar dan memohon ampunan Nya, selalu berzikir kepada Allah, Salat-salat sunat harian, menyambung silaturahmi terutama kepada ke dua orang tua, menyesali dosa, dan bergaul baik antara suami dan istri. Pada elegi tasyakuran ke dua ini akan dilanjutkan lagi bagaimana cara menuju surga Nya, yakni dengan amalan-amalan sebagai berikut; tidak membongkar aib orang beriman, selalu memulai dengan salam, selalu belajar dan bertanya tentang sesuatu yang tidak diketahui, melakukan amar makruf nahi mungkar, tidak marah kecuali karena Allah, tidak menyia-nyiakan waktunya untuk sesuatu yang tidak bermanfaat, melakukan salat malam, menjadi teladan dalam akhlak yang terpuji bagi sesama, menghadiri majelis zikir dan majelis husainiayah, memlihara pandangan dari apa yang diharamkan Allah, memiliki kecemburuan pada agamanya dan istrinya, bagi perempuan memakai hijab yang sempurna-tidak menampakkan selembar rambut pun dengan sengaja dan tidak berhias untuk orang lain selain suaminya.
Dengan melakukan amalan-amalan tersebut secara tulus dan ikhlas dengan niatan untuk menggapai ridha Allah SWT, insya Allah jalan ke surga akan semakin dimudahkan Nya.

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 28: Tasyakuran Ke Satu (Proyek Syurga)


         

     Banyak jalan menuju surga. Diantaranya adalah melalui ritual peribadatan yang sesuai dengan tuntunan syariat yang dilakukan dengan tulus dan ikhlas dan hanya diniatkan hanya untuk mencari ridha Allah SWT. Sikap taqwa kepada Sang Maha Pencipta adalah melaksanakan segala perintah Nya dan menjauhi segala larangan Nya dengan berlandaskan pada firman Allah dalam Al Quran dan perbuatan, ucapan, dan sifat Rasulullah Muhammad SAW dalam Al Hadis. Ibadah yang baik adalah yang dilakukan secara kontinu dan berkelanjutan. Bukan dalam waktu musiman. Dari banyak sekali perbuatan-perbuatan dan amal kebajikan yang dapat dilakukan untuk menuju surga Nya, diantaranya adalah sebagai berikut: memelihara waktu salat, menghadiri salat berjamaah, bertasbih setelah salat, membaca salawat untuk Nabi Muhammad beserta keluarganya, senantiasa beristighfar dan memohon ampunan Nya, selalu berzikir kepada Allah, Salat-salat sunat harian, menyambung silaturahmi terutama kepada ke dua orang tua, menyesali dosa, dan bergaul baik antara suami dan istri.
            Dalam agama Islam, salat adalah tiang agama. Barangsiapa salatnya baik maka dia akan dijauhkan dari perbuatan mungkar dan keji. Begitu juga sebaliknya. Bahkan, amalan pertama yang akan ditanyakan dalam alam kubur adalah amalan salatnya. Manusia adalah makhluk yang rentan untuk berbuat dosa karena dibekali dengan hawa nafsu. Oleh karenanya senantiasa memohon ampunan kepada Allah SWT dan menyesali dosa-dosanya dengan melakukan pertaubatan adalah menjadi tuntunannya. Memperbanyak istighfar dan memohon ampunan di dunia ini adalah yang semestinya dilakukan oleh manusia karena dunia adalah tempat berbuat dosa dan tempat untuk memohon ampunan. Sedangkan ketika di akhirat hanyalah menjadi tempat penimbangan amalan dan tidak ada tempat untuk bertaubat. Berbakti kepada orang tua adalah amalan yang begitu mulia. Oleh karenanya semisal kita telah sukses nantinya, janganlah sampai kita melupakan jasa ke dua orang tua kita. Dikarenakan menikah adalah ibadah maka berupaya menjadikan rumah tangga kita kelak menjadi keluarga sakinah mawadah warrahmah adalah sebaik-baiknya ibadah dalam pernikahan. 

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 32: Mengaji Jalaliyyah dan Jamaliyyah Wujud Allah


            

Melalui Elegi Ritual Ikhlas yang ke 32 ini ada ilmu baru yang saya dapat, yakni mengenal Allah melalui wujud jalaliyah Nya dan wujud jamaliyah Nya. Memahami sifat jalaliyah Allah akan mendorong tumbuh kembangnya keimanan, ketaqwaan, dan ketauhidan kita kepada Allah Sang Maha Pencipta. Melalui segala ibadah yang kita jalankan dengan hati tulus dan ikhlas maka akan memperdalam pemahaman kita terhadap sifat jalaliyah Allah. Meskipun kita tidak akan pernah mampu untuk membayangkan bagaimana sifat wujud Allah. Karena hal tersebut di luar kemampuan kita. Namun, ketika kita beribadah dan mencari ridha Nya maka bersikaplah IHSAN, meski kita tidak bisa melihat adanya Allah namun tanamkan dalam hati bahwa Allah sedang melihat kita. Oleh karenanya, berbuat baik melalui akhlak-akhlak terpuji dalam setiap langkah kehidupan kita harus senantiasa dilakukan dengan setulus hati. Melalui perasaan yang selalu diawasi, maka akan muncul sikap kehati-hatian dalam bertindak dan bertingkah laku, sehingga kita akan terhindar dari berbagai perbuatan tercela, keji, dan mungkar.
            Sedangkan sifat jamaliyah Allah yang merupakan cerminan dari sifat-sifat wajib bagi Allah seperti maha pengasih, penyayang, pemurah, pemberi rizqi, pemaaf, dan sifat-sifat Allah lainnya, akan mendorong kita untuk senantiasa melangkah di jalan yang benar. Membiasakan diri untuk bersifat yang baik dalam pelaksanaan ibadah magdhah atau pun ghairu magdhah niscaya akan menyeimbangkan amalan duniawi dan akhirat kita. 

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 31: Menggapai Kedamaian


            

Sebenar-benarnya orang pintar adalah dia yang merasa bodoh bila sedang berada dalam proses belajar. Sebenar-benarnya orang tau adalah mereka yangmerasa kurang tau ketika sedang berada dalam proses pencarian pengetahuan. Karena suatu ilmu adalah bagian dari ilmu lainnya. Para ilmu saling kait-terkait dalam mata rantai ilmu yang begitu panjang. Dengan kata lain, ilmu itu panjangnya tiada batasnya. Terlebih lagi ilmu yang dimiliki oleh Allah SWT. Meskipun lautan di dunia ini diubah menjadi tintanya, maka begitu sangat kuranglah ilmu yang dapat dituliskan dari ilmu Nya. Oleh karenanya, ketika seorang manusia telah mencapai suatu kesuksesan, maka sebenarnya itu hanyalah sebuah puncak kesuksesan yang masih berada di lembah kesuksesan. Seperti titah ilmu padi yang semakin berisi maka semakin merunduk, maka seorang manusia yang berilmu dan mengerti bila semakin banyak ilmu yang ia miliki akan semakin membuatnya menyadari betapa rendahnya pengetahuan yang ia miliki. Itulah ketidaksombongan. Mencapai puncak kesuksesan yang sebenar-benarnya bagi manusia adalah akhir hidup yang baik – khusnul khotimah. Yang mampu menghantarkannya ke kehidupan kekal yang baik yang berada di sisi Nya. Kemenangan dan kesuksesan yang ada di dunia ini adalah hanya sementara dan bukan yang utama. Meng-niatkan menggapai kesuksesan di dunia untuk bekal kesuksesan di akhirat adalah sebuah kebijaksanaan bagi manusia. Tentunya semua itu haruslah ditempuh dengan jalan yang benar pada koridor yang baik. 

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 33: Doakulah yang tersisa



Hanya Allah SWT yang mampu membuka mata hati manusia. Berkaitan erat dengan adanya hidayah, yang hanya menjadi kuasa Ilahi. Jadi manusia pada hakikatnya hanya diwajibkan untuk berusaha DAN berdoa. Berdoa dengan setulus hati dan keyakinan bahwa hanya pada Allah lah segala sesuatu itu dapat diputuskan. Ketika di tengah-tengah proses perjuangan atau usaha pencapaian tujuan muncul beragam aral lintang, baik datangnya dari dalam diri atau dari faktor luar itu adalah wajar. Misalnya adanya keraguan, kebimbangan, dan kekhawatiran. Perasaan ragu, khawatir, dan bimbang adalah manusiawi. Karena manusia adalah manusia maka segala perasaan itu bila hinggap di hati manusia adalah sesuai dengan hakikatnya. Bila hati tidak ingin mengalami perasaan itu semua, maka ada dua cara untuk melakukannya, yakni menggunakannya sebaik mungkin atau tidak menggunakanya sama sekali. Dan pada kesimpulannya adalah bahwasanya usaha keras dari seseorang untuk mencapai tujuan adalah faktor kegigihan penentu kesuksesan. Namun, daya tertinggi dalam sebuah kesuksesan adalah ridha Ilahi. Karena Allah adalah maha kuasa atas segala sesuatu – maha penentu. Oleh karenanya, setiap usaha dan teteasan keringat perjuangan haruslah diiringi dengan ketulusana dan keikhlasan doa pada Allah, Rabb pencipta alam semesta. 

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 34: Menemukan Ruh




Meskipun kita belum pernah bertemu dengan Rasulullah SAW namun meneladani segala sikap perbuatan beliau adalah kewajiban bagi kita seluruh muslim dan muslimah yang ada. Melalui sirah nabawi Nabi Muhammad SAW kita akan mengetahui bagaimana besarnya jasa beliau bagi peradaban umat manusia untuk menuju keridhaan Allah SWT. Karena Rasulullah memang ditugaskan untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam), menyempurnakan akhlak manusia, dan menuntun manusia menuju ke jalan kebenaran yang sesuai dengan tuntunan Ilahi. Berpedoman dengan Al Quran maka Rasul berdakwah menebarkan kebaikan ke bumi Allah. Dengan dibekali sifat ma’sum Rasul adalah manusia istimewa dan benar-benar menjadi teladan yang seyogyanya diteladani oleh setiap umat setelahnya. Meskipun belum pernah ada pertemuan, belum pernah ada pembicaraan secara langsung, namun keyakinan akan keteladanan sikap dan sifat Rasulullah harus senantiasa ada dalam hati kita. 

Wednesday, May 22, 2013

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 45: Bagaimana Matematikawan Mengusir Setan?



Saya sangat kagum dengan Elegi Ritual Ikhlas 45 ini. Karena dapat direfleksikan dari beragam sudut pandang. Misalnya dari bagaimana isinya, bentuknya, atau dari sifat matematikawan dan syaitan. Saya lebih tertarik kepada sifat matematikawan dan syaitan yang memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri. Matematikawan dapat diibaratkan secara umum menjadi seorang cendekia atau pun manusia biasa. Dalam menghadapi kesulitan-kesulitan hidupnya, manusia dituntut untuk mengembangkan akal dan pikiran yang telah dianugrahkan kepadanya. Sehingga inovasi penyelesaian masalah dapat dengan mudah ditemukan untuk dijadikan sebagai jalan keluar. Bersifat dan berpikir cerdas akan menyelesaikan suatu kesulitan yang bahkan bila dilihat sepintas kesulitan tersebut sangat sulit untuk diselesaikan. Itulah manusia, berpotensi untuk berfikir cerdas menggunakan akal dan pikirnya masing-masing. Namun, ha tersebut juga harus diimbangi dengan sikap gigih dan penyesuaian yang baik dengan lingkungannya. Sehingga akan terdapat suatu usaha yang terus menerus dan berkelanjutan untuk memecahkan suatu masalah dan berinovasi dalam pemecahan suatu masalah. Penyesuaian dengan lingkungan dan ketenangan pikiran akan menumbuhkan konsentrasi dan menyingkirkan godaan-godaan yang akan merintangi suatu usaha.
Sedangkan sikap syaitan adalah menggoda hati dan jiwa manusia. Mereka akan senantiasa menjerumuskan manusia ke jurang kemungkaran. Kecuali pada orang-orang yang beriman dan memiliki keteguhan hati yang baik. 

Elegi Ritual Ikhlas 41: Balas Dendam Syaitan Terhadap Matematikawan




Keimanan itu bagaikan bunga yang tumbuh di halaman rumah. Untuk dapat tumbuh subur dan indah maka harus senantiasa disiram dan dirawat. Jika diabaikan beberapa hari saja bunga itu akan layu dan akan cepat mati. Begitu juga keimanan harus senantiasa dijaga dan diperbarui. Karena tidak ada keimanan yang konstan. Adanya kegoyahan iman adalah wajar pada setiap manusia bilamana tidak dijaga dan hanya diabaikan saja. Apalagi setan setiap saat terus menunggu melemahnya iman untuk menyesatkan dan meresahkan jiwa manusia. Sehingga akan mengganggu iabadah dan bisa saja membelokkan niat seseorang.
Konsekuensi keimanan adalah ketauhidan, yang mengagungkan Allah SWT menjadi Tuhan Yang Maha Esa.  Dan di dalamnya terdapat berbagai cabang hakikat kehidupan yang sejatinya hanya bertumpu pada kuasa Ilahi. Sehingga segala sesuatu yang ada termasuk kecerdasan dan kesuksesan haruslah disadari sebagai pemberian Tuhan. Kita wajib mensyukuri agar tidak menjadi hamba yang kufur. Jangan sampai adanya kecerdasan dan kesuksesan yang telah ada di tangan melunturkan keikhlasan ibadah kita, menumbuhkan benih kesombongan pada jiwa, bahkan mengkufurkan hati yang ikhklas. 

Reflksi Elegi Ritual Ikhlas 35: Cendekia yang ber Nurani



Sudah barang pasti ketika ingin menempuh suatu tujuan, meraih cita-cita, atau mencapai kesuksesan maka diperlukan adanya usaha yang keras sesuai dengan potensi masing-masing kemudian diiringi doa yang setulus-tulusnya kepada Allah Sang Maha Hidup. Karena manusia hanya mampu berusaha dan berdoa selebihnya keputusan akhir atau hasil usaha hanya berada di tangan Allah SWT. Pada setiap proses pencapaian sebuah tujuan hanya ada dua kemungkinan pada hasilnya, yakni sukses atau gagal. Porsi ke duanya adalah sama hingga hasil akhir belum tercapai. Namun, orang yang berjiwa gigih pasti akan senantiasa berusaha untuk sukses dan sukses. Ketika sekali pernah gagal maka ia akan mencoba bangkit kembali. Dua kali gagal akan bangkit juga. Itulah kegigihan. Namun, pada hakikatnya, hasil akhir hanya berada di tangan Allah SWT. Dengan dibekali berbagai potensi akal dan pikirannya manusia akan diberikan kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah yang menimpanya dalam proses pencapaian sebuah tujuan. Situasi dan kondisi lingkungan yang senantiasa berubah-ubah menuntut manusia untuk bersikap luwes dalam beradaptasi terhadap lingkungannya.

Intropeksi dan ekstropeksi sejatinya sangat baik untuk dilakukan. Namun, ke duanya juga memiliki sisi baik dan buruknya masing-masing. Melalui intropeksi dan ekstropeksi maka akan terjadi evaluas-evaluasi terhadap kinerja diri sehingga dapat menutup kekurangan dan memperbaiki kesalahan. Akan tetapi, sikap hati-hati dan waspada terhadap penyakit hati (misalnya rasa sombong dan tidak ikhlas) akan  rentan muncul ketika melakukukan intropeksi. Di sisi lain, penilaian dari orang lain juga pasti akan bersifat subjektif tergantung orang yang melakukan ekstropeksi. Namun, keduanya tetap harus senantiasa dilakukan karena hanya pada Allah lah kebenaran yang absolut itu ada.

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 44: Kyai Mursidin 2


               

 Percayalah bahwa hanya Allah yang merajai segala isi langit dan bumi ini. Memang rasa takut akan setan, jin, atau sebangsanya adalah wajar adanya karena hal tersebut adalah sifat manusiawi. Naumun tidak lah pantas bila rasa takut itu adalah berlebihan. Karena segala sesuatu yang berlebihan adalah tidak baik. Apalagi tentang ketakutan terhadap setan. Padahal, manusia sesungguhnya duiciptkan lebih mulia dan tinggi derajadnya dibandingkan dengan setan. Manusia dibekali akal dan pikiran dan berpotensi untuk mengembangkan keduanya. Namun setan hanya bertugas untuk menggoda manusia dan mereka adalah makhluk yang ingkar terhadap Tuhannya. Rasa takut kepada Allah dapat menjadikan penawar dan kedamaian terhadap ketakutan terhadap bangsa jin atau setan. Sehingga, tidak akan menjerumuskan manusia ke jurang yang menyesatkan. Oleh karenanya, senantiasa mengtauhidkan Allah dengan segala sifat-sifatnya sesungguhnya dapat menyelamtkan kita dalam hidup di dunia dan di akhirat kelak. Kedamaian dan kesejahteraan akan senantiasa diperoleh karena sikap syukur dan sabar adalah kuncinya. Bersyukur apabila diberi anugrah dan bersabar apabila diberikan kesulitan. Allah pun berfirman bahwa setelah ada kesulitan maka akan datang kemudahan. Janji Allah adalah benar adanya dan terjamin ketetapannya. Maka tidak perlu mencari pelarian dalam kesulitan selain hanya pada Allah saja.

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 43: Kyai Mursidin 1



Dalam ilmu tingkah laku dalam Islam, maka ada dua macam tingkah laku manusia, yakni digolongkan dalam akhlak Mahmudah atau akhlak yang baik serta akhlak mazmumah atau akhlak yang buruk. Setiap manusia berpotensi memiliki ke dua hal tersebut karena manusia bukan Rasul yang memiliki sifat ma’sum atau terhindar dari dosa. Maka manusia sangat rentan dengan perilaku mazmumah baik dalam konteks hubungannya dengan diri sendiri (marah, iri, dengki, riya, dan penyakit hati lainnya), hubungannya dengan orang lain (mencuri, berbohong, mengambil hak orang lain, dll) atau pun hubungannya dengan Allah SWT (musyrik, malas beribadah, kufur, kafir). Untuk menanggulangi berbagai akhlak yang tercela tersebut maka dibutuhkan daya tahan keimanan pada seseorang. Bangsa setan atau jin jahat etiap detik- setiap saat selalu memiliki inovasi dalam mengganggu manusia, menggoyahkan iman manusia, atau pun menyesatkan manusia. Mereka tidak pernah lelah dan pantang menyerah untuk merangkul kaum manusia agar menemani mereka kelak di nerak Nya. Dan sebagian manusia ada yang terjerumus karenanya. Kecuali orang-orang yang beriman dan senantiasa menjaga daya tahan keimanannya masing-masing. Peran lingkungan sangat berpengaruh pada pembentukan pola perilaku seorang individu. Maka dekat-dekatlah dengan orang beriman agar senantiasa terdorong untuk mengupgrade keimanan kita masing-masing.

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 14: Perjuangan Dewi Umaya dan Muhammad Nurikhlas

                Salah satu sifat wajib bagi Allah SWT adalah Qadrat, yakni Allah Yang Maha Kuasa. Kuasa Allah adalah meliputi segalanya, segala sesuatu yang ada di langit dan bumi. Dan sungguh hanya milik Allah lah semua yang ada sekarang ini. Kekayaan harta, tahta, anak, derajad, dan pangkat kerja sejatinya berasal dari Allah dan hanya merupakan titipin belaka yang harus senantiasa dijaga. Setiap saat segala titipan tersebut dapat diambil dari kita. Oleh karenanya, berlaku tidak sombong, senantiasa ikhlas, dan membiasakan ikhtiar dan doa adalah cara-cara untuk menjaga segala titipan dari Allah SWT pada diri kita. Hal tersebut juga bukti syukur kepada Nya.
                Dalam agama Islam terdapat istilah zuhud, yakni mengutamakan urusan akhirat di atas urusan dunia yang hanya sebatas panggung sandiwara. Maksudnya adalah segala yang kita punya di dunia ini haruslah dipergunakan sebaik mungkin untuk berlomba-lomba dalam kebaikan atau fastabiqul khoirot. Tujuan utamanya hanyalah untuk mencari keridaanNya. Sehingga, bersikap sombong terhadap segala yang dipunya merupakan tanda orang yang tidak memahami hakikat keberadaan dunia yang hanya sementara ini dan akhirat yang kekal nanti.
                Setiap manusia idealnya adalah bersikap saling mengasihi, memahami, dan saling mengingatkan antara satu dengan yang lainnya. Apalagi bila ada ikatan darah, seperti anak kepada orang tua. Itulah yang disebut dengan bakti terhadap orang tua. Dan kebatian tersebut dalah wajib adanya bagi setiap anak kepada kedua orang tuanya. Senantiasa mendoakan dan membanggakan ke dua orang tua pada koridor yang benar merupakan salah satu wujud ibadah kepada Allah SWT

Tuesday, May 21, 2013

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 13: Memandang Wajah Rasulullah





Rasulullah SAW adalah nabi akhir zaman dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah SWT untuk memberikan rahmat bagi seluruh alam, untuk menyempurnakan akhlak umat manusia, dan menyampaikan wahyu kepada seluruh dunia dan isinya. Sehingga, kesempurnaan jelaslah terdapat pada diri Beliau. Bahkan, sifat ma’sum yang berarti terhindar dari perbuatan-perbuatan dosa pun telah ada pada dirinya. Contoh teladan yangbaik atau uswatun hasanah adalah gelarnya. Dua kalimat syahadat yang mengandung arti mengesakan ketauhidan Allah SWT dan meyakini Nabi Muhammad adalah utusan Allah sesungguhnya sangatlah dalam maknanya. Tidak hanya menjadi pintu gerbang seseorang untuk masuk ke dunia Islam, namun menjadi bukti ikrar, sumpah, dan patokan untuk seseorang yang mengucapkannya agar senantiasa menjalankan perintah Allah dan Rasul Nya dalam setiap jengkal kehidupannya. Sungguh, tidak ada keraguan bahwasanya Muhammad adalah sebenar-benarnya utusan Allah SWT bagi umat manusia. Sehingga, refleksi keteladanan dari Beliau sungguh sangat membuka semua jalan untuk menuju keridaan Nya. Meneladani sikap Rasul yang berdasarkan Al Quran dan Al Hadis adalah tuntunan hidup umat manusia. 

Monday, May 20, 2013

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 22: Perkelahian Keburukan dan Kebaikan




Dalam hidupnya, setiap manusia pasti memiliki sisi kebaikan dan keburukan. Hal tersebut bagaiakan dua sisi mata uang yang berkebalikan namun tetap dalam satu kerangka. Berbagai penyakit hati seperti kesombongan, iri, sifat pemarah, egois, dan lain sebagainya wajar adanya dimiliki oleh seorang manusia biasa. Kecuali pada diri Rasulullah Muhammad SAW yang senantiasa dijaga oleh Allah SWT dari perbuatan-perbuatan yang menimbulkan dosa. Namun, pada manusia biasa seprti kita, keburukan yang berpotensi menambah pundi-pundi amal buruk atau dosa rentan terjadi. Oleh karenanya kita harus senantiasa berhati-hati dalam menjaga hati, ucapan, dan tindakan. Senantiasa mengupgrade tingkat keimanan, keikhlasan, dan wawasan keagamaan akan mendukung upaya pemeliharaan hati,ucapan, dan tindakan kita masing-masing. Karena hidayah Allah hanya akan turun kepada orang yang dikehendaki Nya. Selalu berusaha menjadi yang terbaik dengan sekeras mungkin melawan hawa nafsu adalah baik adanya. Bila tidak mampu untuk istiqomah dalam memerangi hawa nafsu maka dianjurkan untuk berpuasa atau beristighfar. Karena hanya dengan mengingat Allah dan memohon ampunan dari Allah lah hati akan menjadi tenang. 

Yang mampu mengendalikan diri kita adalah diri sendiri. Ekstropeksi dan faktor lingkungan sedikit pengaruhnya bila dibandingkan dengan kebulatan tekad si empunya jiwa untuk mengazzamkan diri dalam rangka berhijrah kepada kebaikan bila melakukan suatu keburukan. 

Sunday, May 19, 2013

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 36: Menggapai Tidak Risau


         

  Kerisauan, keraguan, atau pun kegalauan adalah manusiawi ketika mereka tiba-tiba datang dan pergi dari diri kita. Beragam hal dapat menyebabkan kerisauan, antara lain risau hati, risau sakit, risau miskin, risau lupa, risau tidak memperoleh pekerjaan, risau tidak punya teman, risau bersifat buruk, risau reputasi buruk, risau tidak memiliki, risau inkompeten, risau tak lazim, risau berbuat dosa, risau iri hati, risau tidak adil, risau harga diri, risau kebutuhan, risau tidak berperan, risau tidak mendapat hak, risau wan-prestasi, risau kematian, risau tidak bisa mengurus milik, risau tidak mendapat pengakuan, dan risau-risau lainnya. Segala macam bentuk kerisauan tersebut terkadang datang mengalir begitu saja, tidak ada tanda-tanda atau pun prediksi kapan datangnya. Sehingga dapat menyebabkan gangguan konsentrasi yang berdampak pada berbagai hal, misalnya keikhlasan dan efektivitas kerja. Jangan sampai kerisauan merusak kehidupan, mengahncurkan tujuan, atau menodai ketulusan. Oleh karenanya, untuk menanggapi kerisauan yang memang manusiawi adanya maka dibutuhkan suatu tekad atau azzam yang kuat untuk melakukan suatu tindakan. Terus berusaha dan bedoa serta meluruskan niat adalah solusi terbaik untuk melawan kerisauan. Adanya kerisauan dalam diri kit juga dapat dijadikan suatu bahan intropeksi agar kualitas diri semakin meningkat dan niat tindakan senantiasa terjaga di jalan yang lurus. 

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 19: Tak Mampu Memikirkan Kapan Datangnya Kiamat



Mempercayai akan datangnya hari kiamat merupakan salah satu rukun iman bagi umat muslim, yakni rukun iman yang ke 5. Percaya dan yakin bahwasanya suatu saat akan terjadi hari kiamat sejatinya haruslah menumbuhkan semangat beribadah bagi kita semua, baik meliputi ibadah maghdah mapun ibadah ghairu maghdah, baik yang berskala habluminallah maupun habluminanas. Namun, tiada satu makhluk pun yang mengetahui kapan tibanya hari itu. Hal tersebut diperkuat dengan firman Allah SWT sebagai berikut; Mereka menanyakan kepadamu tentang hari akhir : “Kapankah terjadinya ?”. Katakanlah:”Sesungguhnya pengetahuan tentang itu ada pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat bagi yang di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba”. Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:”Sesungguhnya pengetahuan tentang hari kiamat itu adalah di sisi Tuhan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS AL-A’raaf :187) dan “Telah dekat terjadinya Hari Kiamat. Tidak ada yang akan menyatakan terjadinya hari itu selain Allah” (Q.S an-Najm : 57-58). Dengan begitu maka kita harus senantiasa menjaga keimanan kita hingga masa itu tiba. Tidak ada yang menginginkan bahwa kita merenggang nyawa dengan keadaan akhir yang buruk. Namun, kepentingan duniawi juga jangan dikesampingkan, karena untuk menuju ke kehidupan yang kekal, di dunia inilah tempat kita menabung amal. Bekerja dan terus belajar adalah juga kepentingan dan dapat dijadikan suatu ibadah. Keseimbangan di antara ke duanya tersebut sesuai dengan apa yang disabdakan oleh nabi Muhammad SAW sebagai berikut Rasulullah telah bersabda:Kerjakanlah urusan duniamu seakan-akan kamu hidup selama-lamanya. Dan laksanakan akhiratmu seakan-akan kami akan mati besok” (H.R. Ibnu Asakir).


Sunday, May 5, 2013

Refleksi Elegi Ritual Ikhlas 8: Tata Cara atau Adabnya Orang Berdoa





Dari Annas bin Malik, Rasulullah SAW bersabda bahwa doa adalah inti ibadah. Doa merupakan sebuah permohonan seorang hamba kepada Tuhannya. Dan telah banyak firman Allah dan hadis Rasulullah yang menjelaskan peran dan keutamaan dari sebuah doa. Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ketika berdoa, seorang hamba percaya bahwa ada kekuatan yang besar yang merajai alam semesta, yakni Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk ketauhidan kepada Allah SWT. Ketika ada seorang hamba yang tidak mau berdoa sama sekali, maka ia termasuk dalam golongan orang-orang yang menyombongkan diri. Sebagaimana dalam firman Allah SWT sebagai berikut; “Dan Tuhanmu berfirman: “berdo’alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina”. (QS Ghaafir/Al-Mukmin: 60) . Golongan orang-orang yang menyombongkan diri ini tidak memiliki rasa iman dalam hati. Namun, tidak ada hasil tanpa usaha dan tidak berhasil jika tidak berdoa. Oleh karena itu, dalam mencapai suatu tujuan harus dibarengi usaha dan doa yang sungguh-sungguh. Sungguh-sungguh berarti mengandung berbagai makna, yakni berdoa dengan beradab, berdoa secara kontinu (tidak hanya jika dalam keadaan genting saja), dan substansi doa adalah yang rasional bukan imajiner belaka. Sesungguhnya, banyak hal yang menjadi variabel kontrol dalam terkabulnya suatu doa, antara lain adalah keikhlasan hati, asas ketauhidan, adab berdoa, dan kebijakan sang pemohon doa. Pendek kata, ada banyak fadhilah doa dari hamba kepada Sang Maha Pencipta. Oleh karena itu, senantiasa ucapkan doa kepada Tuhan bila kita mengaku termasuk golongan-golongan orang beriman. 

REFLEKSI ELEGI MENAGKAP PEDAGANG BANGSA




Indonesia adalah negeri beribu pulau. Indonesia sesungguhnya adalah kebanggan bagi dunia, karena di sini banyak hal tersedia. Berbagai sumber daya alam, sumber mineral, sumber penghasilan, keanekaragaman hayati, keanekaragaman budaya sungguh patut dibanggakan oleh seluruh warganya. Bahkan, negara sekut Amerika, setangguh Jepang dan Cina tak memiliki kekayaan yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Mereka tidak miliki Borneo, tidak pula blok cepu, tidak punya tanah papua, tak punya Andalas, tak memiliki hutan hujan tropis yang begitu luas dan begitu besarnya. Mereka tidak terbentang dari kota Sabang hingga Merauke, tidak terletak dari Pulau We hingga Pulau Rote. Semua ini, adalah Indonesia – Negara Kesatuan republik Indoneisa. Siapa yang tidak bangga pada negeri kebanggaan ini?? Yang bahkan label zamrud katulistiwa pun tertera di nama besarnya. Yang bahkan, paru-paru dunia pun ada di dalamnya. Siapa yang tidak bangga mengakui bahwa aku Indonesia, bangsa Indonesia?? Hanya orang yang tak pernah bersyukur saja yang melakukannya. Bila bukan kita yang mengagung-agungkan bangsa ini, bila bukan kita yang mengibarkan sang saka merah putih di luar sana, siapa lagi??? Apa yang mempermalukan bangsa ini adalah siapa yang membuat malu, bukan dari budaya bangsa, bukan dari leluhur bangsa Indonesia. Berbagai permasalahan yang mencoret muka negeri, sesungguhnya dapat dengan mudah dihapus dan ditutup dengan berbagai kebanggaan yang dimilikinya. Sumber daya manusia yang tersedia merupakan salah satu amunisi terbaik bila digunakan untuk modal kebaikan dan dikembangkan dengan kebaikan pula. Dilengkapi dengan berbagai fasilitas alam dan budaya yang beraneka ragam, akan membuat kita terbang setinggi burung garuda. Akan membuat  nama bangsa ini membesar sebesar bentangan pulau di Indonesia. Sungguh kebanggan untuk seluruh tumpah darah negeri bila rasa bangga dan nasionalisme itu senantiasa dimunculkan dalam setiap jiwa putra bangsa. Tiada kata malu untuk mengaku bahwa Kami Indonesia. Sama sekali tidak ada. Karena menjadi Indonesia adalah kebanggaan yang terkira harganya