Point
pembuka dalam elegi ini adalah menjelaskan bahwasanya pendidikan itu
berlangsung seumur hidup. Dari awal kelahiran hingga manusia berada di ujung
kematian. Dalam seluruh proses kehidupan tersebut, dibutuhkan proses
pembelajaran dan pendewasaan diri agar manusia dapat berilmu dan memanfaatkan
ilmunya untuk kehidupannya sendiri dan dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan
sesama. Tidak ada kata jemu untuk menuntut ilmu. Meskipun telah menjadi seorang
guru sekalipun menimba ilmu adalah begitu penting untuknya.
Sedangkan
point utama dalam elegi ini adalah mengenai hawa nafs yang dimiliki oleh
manusia. Salah satu yang membedakan manusia dengan malaikat adalah manusia
dianugerahi hawa nafsu oleh Sang Maha Pencipta. Ada nafsu baik dan ada pula
nafsu buruk. Nafsu yang dijelaskan dalam elegi adalah yang nafsu buruk. Karena sebagian
manusia akan terlena dengan permainan nafsu buruk ini dengan mudahnya. Penjelasan
yang sangat bermanfaat yang saya dapatkan adalah melalui penjelasan berikut “Hawa
Nafsu itu meliputi keinginan-keinginan diri seseorang. Setiap manusia mempunyai
potensi untuk mencapai keinginan-keinginan. Banyak keingainan manusia meiputi keinginan
naluriah, keinginan jasmani, keinginan sekusualitas, keinginan memiliki,
keinginan cinta, keinginan keindahan, keinginan pikir, keinginan hati,
keinginan intrinsik, keinginan ekstrinsik, keinginan sistemik, keinginan
motivatif, keinginan, harga diri, keinginan lahir, keinginan bathin, keinginan
aktualisasi diri, keinginan penghargaan, keinginan diri, keinginan keluarga,
keinginan kelompok, keinginann langsung, keinginan tak langsung, keinginan
bawah sadar, keinginan sadar, keinginan tahta, keinginan kuasa, keinginan
harta, keinginan baik, keinginan buruk, keinginan doa, keinginan ikhlas,
keinginan senang, keinginan makan-minum, keinginan diperhatikan, keinginan
diistimewakan, keinginan dicintai, keinginan memberi, keinginan dianggap
penting, dsb